Title: Miracle ||
Author: Jeon JR
Genre: Romance ||
Leght: Chaptered || Rating: G
Main Cast: V BTS, Jin BTS,
Yoo Ara || Other Cast: Yooyoung
(HV), All
Member BTS
방탄소년단
Chapter 2
Di mobil, Jin terus memikirkan keanehan yang ia
temukan hari ini di kamar ayahnya. Raut wajahnya seakan menyimpan segudang
pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah terjawab. Dia tahu, ayahnya pasti
tidak akan menjawabnya. Kalau dia tidak mencari tahu semuanya sendiri, maka soal
ini tidak akan pernah terselesaikan, dan akan terus menumpuk.
“Kau kanapa, Hyung?” tanya Rapmon, yang duduk
disampingnya.
“Tadi aku menemukan keanehan di kamar ayah” jawab
Jin, dengan pandangannya yang tetap lurus ke depan.
“Keanehan apa?” tanya Rapmon dan Suga, hampir
bersamaan.
“Aku melihat, ayah menyimpan foto V. Bukankah itu
hal yang aneh?”
“Memang kenapa? Apanya yang aneh?” tanya Rapmon
lagi.
“Itu kan aneh. Untuk apa ayah menyimpan foto V?”
jelas Jin.
“Mungkin paman penggemar V juga” sahut Suga, yang
sedang asik mengotak-atik kameranya.
Jin semakin penasaran. Apakah mungkin ayah penggemar V? Tapi itu terlihat tidak mungkin. Umur
ayah sudah berlebihan jika dia masih memiliki idola, apalagi kalau idolanya V.
Sungguh aneh... ini tidak bisa dipercaya. Batinnya, yang masih saja
bertanya-tanya.
Mobil Jin memasuki gerbang sekolah. Dia terlihat
fokus ke depan, tapi sebenarnya pikirannya masih berkeliaran kemana-mana. Dia
masih memilirkan tentang foto keluarga itu, dan foto V yang ia temukan. Tiba-tiba
ada seorang anak yang melintas dan hampir saja tertabrak.
“Hyung! Awas!” pekik Rapmon, yang berada di samping
Jin.
Ciiit! Tiin! Jin langsung mengerem mendadak, dan
suara klakson membuat anak itu menjerit. “Aaaaaa!”
“Huft, untung tidak terjadi apa-apa” Jin yang berada
di dalam mobil merasa lega.
Anak perempuan yang tadi hampir tertabrak, mendekati
mobil Jin. Dia menggedor kaca pintu mobilnya, dan sepertinya anak perempuan
tadi terlihat sangat kesal dan marah.
“Hei! Keluar!” teriaknya dari luar mobil, yang
menyuruh Jin keluar dari mobilnya. Belum juga Jin mengeluarkan sepatah kata pun,
anak perempuan tadi sudah langsung menyela Jin terlebih dahulu
“Kau bisa mengendarai mobil atau tidak, hah?! Kau
hampir saja menabrakku tadi!” protesnya setelah bertatapan muka dengan Jin.
“Untuk apa aku membawa mobil kalau aku tidak bisa
mengendarai mobil?” jawab Jin. “Harusnya kau berfikir seperti itu” tambahnya.
“Aku ini hampir saja tertabrak olehmu. Kau bukannya
minta maaf, malah membela diri seperti itu!” bentak anak perempuan itu.
“Memang aku salah apa sampai harus minta maaf
padamu?” tanggap Jin dengan ringan.
Suga dan Rapmon malah terbengong di dalam mobil
sambil melihat Jin yang sedang bertengkar dengan anak perempuan itu di luar.
“Mereka malah memperpanjang masalah” kata Rapmon.
“Maksudmu?” tanya Suga.
“Ya! Kau ini bagaimana sih, begitu saja tidak
mengerti” protes Rapmon.
“Sudahlah! Jelaskan saja pada intinya!” perintah
Suga, yang sebenarnya memang tidak mengerti sama sekali dengan apa yang
dimaksudkan Rapmon.
“Dari mereka tidak ada yang mau mengalah” jelas
Rapmon. Suga hanya mengangguk-angguk mengerti. Setelah berfikir, Suga baru
tersadar, siapa yang sedang berdebat dengan Jin.
“Eh, tapi.. bukankah itu Yooyoung?” tanya Suga.
“Iya, benar. Sejak kapan dia kembali?” mata Rapmon terfokus
pada Yooyoung.
“Entahlah...” Suga kembali terfokus pada kameranya,
yang sedari tadi diotak-atiknya. Dia seakan sama sekali tidak tertarik dengan Yooyoung,
padahal dia seorang aktris terkenal.
Di luar mobil, Jin masih saja berdebat dengan Yooyoung.
“Aku tidak salah! Kau yang salah! Makanya, jalan pakai mata!” tuduh Jin.
“Dasar bodoh! Jalan itu pakai kaki, bukan pakai
mata!” bentak Yooyoung, sambil menendang tulang kering Jin, lalu berjalan
membelakanginya.
“Ya! Agassi! Kenapa kau menendangku, hah?!” teriak
Jin lalu menarik tangan Yooyoung.
“Ya! Lepaskan aku!” perintah Yooyoung.
“Kau harus minta maaf dulu padaku, karena sudh
menendangku!” kata Jin, kesal.
“Untuk apa? Kau juga tidak mau minta maaf padaku!”
bantah Yooyoung, sambil berusaha melepas genggaman tangan Jin dari lengannya.
“Ya! Kau ini sangat keras kepala!” kata Jin.
“Kau yang keras kepala!”
“Kau!”
Tiba-tiba Jin terdiam, ketika menyadari kalau orang
yang ada di hadapannya adalah Yooyoung. Jin sama sekali tidak memperhatikannya.
Mungkin pikirannya sedang tidak karuan sekarang. Dia langsung melepas genggaman
tangannya pada Yooyoung.
“Oh, jadi kau ini Yooyoung...” ucap Jin, sedikit
meremehkan.
“Apa?! Jadi kau baru sadar dengan siapa kau
berdebat?” kata Yooyoung yang sudah sangat kesal, dengan nada bicarfanya yang
terlihat marah.
“Oh, begitu... Maaf, Agassi, aku tidak tahu.
Penampilanmu sangat berbeda” katanya, dan pergi begitu saja meninggalkan
Yooyoung yang masih berdiri kesal. Jin masuk ke mobilnya, dan menjalankannya.
Semakin kesal saja Yooyoung dibuatnya.
“Cih, apa maksudnya?”
***
Yoo Ara, sam sekali tidak memperhatikan penjelasan
sang guru pada murid-muridnya. Dia malah menopang dagu, melamun, sambil
memandangi punggung V, yang duduk membelakanginya yang terletak tidak terlalu
jauh darinya. Yoo Ara memperhatikan V yang sedang memperhatikan penjelasan guru
dengan saksama. Mungkin itu yang membuat V jadi nomor satu. Dia sama sekali
tidak mempedulikan, kalau ada orang yang sedang mengamatinya. Dia hanya
terfokus pada penjelasan gurunya.
Ah, aku tidak
boleh seperti ini. Jika aku ingin punya teman banyak, aku harus jadi pintar
seperti V. Aku tidak boleh kalah darinya. Bagaimanapun, aku juga harus bersaing
dengannya. Batin
Yoo Ara. Dia tersentak dari lamunannya, dan langsung memperhatikan penjelasan
gurunya.
***
Bel tanda istirahat telah berbunyi sekitar lima
belas menit yang lalu. Yang biasanya Yoo Ara selalu bersama Jungkook dan yang
lainnya ke kantin, kini dia tidak bergabung lagi. Dia lebih memilih pergi ke
perpustakaan. Terlebih lagi, beberapa hari ini, Yooyoung sudah mulai mengikuti
V terus, yang membuat Yoo Ara merasa risih melihatnya. Dia jadi malas jika ada
Yooyoung yang selalu saja menempel pada V seperti lem super. Entah kenapa dia
tidak suka dengan itu. V memang idolanya. Wajar saja jika dia merasa cemburu
jika ada yang berkelakuan demikian terhadap V. Tapi perasaanya ini sungguh
aneh, menurutnya.
Saat sedang mencoba memilih buku apa yang akan dia
baca di perpustakaan, mendadak, Yoo Ara merasa ada yang memanggilnya. Dia pun
menoleh, dan ternyata itu Jungkook.
“Jungkook” sap Yoo Ara.
“Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau ada disini”
kata Jungkook.
“Untuk apa mencariku?” tanya Yoo Ara.
“Tidak apa-apa. Tapi biasanya kau ikut aku bersama
yang lain ke kantin. Kenapa akhir-akhir ini kau jarang bersamaku?” tanya
Jungkook, kembali.
“Aku, hanya sedang ingin mambaca,” jawab Yoo Ara.
“Lalu, kau juga. Kenapa kau tidak bersama Jimin dan yang lain? Biasanya kau
bersama mereka terus” Yoo Ara berbalik bertanya pada Jungkook.
“Ada Yooyoung. Aku tidak suka dengan perilakunya”
jawb Jungkook.
“Kenapa bisa begitu?”
“Sudahlah, aku juga akan membaca saja” ujar
Jungkook, mengabaikan pertanyaan Yoo Ara.
***
“V-ah, makanlah ini. Aku buatkan ini khusus
untukmu...” ucap Yooyoung sambil menyodorkan bekal yang ia buat untuk V. Saat
itu, V hanya memandang makanan itu, tanpa menyentuhnya sedikitpun.
“Apa aku suapi saja?” tanya Yooyoung, yang sama
sekali tidak mendapat tanggapan apapun dari V. Perempuan disekitar Yooyoung
hanya menatap Yooyoung dengan tatapan yang menjengkelkan, seperti ingin
melempari Yooyoung dengan sandwich di hadapan mereka yang terus saja
mencari-cari perhatian V.
“V, bicaralah. Jangan diam saja” kata Yooyoung
sambil menggoyang-goyangkan lengan V, yang masih saja tidak mendapat tanggapan
apapun dari V. “Kalian juga! Jangan hanya memperhatikanku saja!” Yooyoung malah
melontarkan kekesalannya pada Jimin dan J-hope.
“Memang kami harus apa?” tanya J-hope, datar, sambil
menggaruk kepalanya. “Ini sudah sangat membosankan” tambahnya.
Mendengar perkatan J-hope, Yooyoung jadi semkin
kesal. Tapi dia tidak ingin berkata lagi. Akhirnya dia memilih berdiri dan
bertujuan untuk membeli minum. “Aku akan membeli minum sebentar” katanya, lalu
pergi.
“Selera makanku jadi hilang ketika melihat Yooyoung
yang sedang mencari-cari perhatianmu didepanku. Kalau kau bukan sahbatku, aku
tidak akan mau menemanimu” kata J-hope. V menatap kedua sahabatnya yang
terlihat sangat bosan.
“Kau pikir, aku suka diperlakukan seperti ini oleh
Yooyoung? Tapi apa boleh buat?” sambung V.
“Tapi, aku kasihan melihat Yooyoung” kata-kata Jimin
memecah suasana.
“Kau ini, mentang-mentang kau menyukainya, lalu
membelanya?” ujar V.
“Bukan seperti itu” jawab Jimin.
“Memang apa yang perlu dikasihani darinya?” tanya
J-hope.
“Kau tahu? Dia sudah berusaha mendekatimu, tapi dia
tidak pernah mendapat kepastian darimu” jelas Jimin, sambil memandang Yooyoung
di kejauhan. V dan J-hope seketika terdiam mendengar penjelasan Jimin.
“Yooyoung memang bodoh. Sudah jelas-jelas ada
laki-laki lain yang menunggunya dan menyayanginya. Tapi dia malah terus
mengharapkan laki-laki yang sama sekali tidak menghiraukannya, sepertiku” kata
V, memalingkan pandangannya ke arah Yooyoung yang sedang membeli minum.
“Jimin-ah, maafkan aku. Karena aku, kalian jadi
seperti ini. Aku merasa bersalah padamu” kata V.
“Sudahlah. Yooyoung yang sudah menentukannya
sendiri” jawab Jimin, dengan senyum yang terlukis dibibirnya.
“Selama V belum mencintai Yooyoung, kau masih bisa
mendekatinya” sambung J-hope. “Masih ada harapan untukmu. Berjuanglah!”
tambahnya.
“Kau ini...” Jimin kembali tersenyum.
“Eh, ngomong-ngomong, dimana Jungkook? Tumben dia
tidak kelihatan” tanya V yang baru teringat pada Jungkook.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan Yooyoung. V
langsung menoleh ke arahnya, dan langsung menghampirinya.
“Hei! Kau sudah dua kali membuatku kesal!” bentak
Yooyoung. “Lihat ini! Seragamku jadi kotor karenamu!” protesnya.
“Kau ini selalu saja berjalan terburu-buru. Makanya
tertabrak!” bantah Jin, yang sangat kesal, karena seragamnya juga kotor.
“Ada apa ini?” V tiba-tiba saja datang dan meraih
Yooyoung lalu langsung menyembunyikan Yooyoung di belakangnya. Seakan, sekarang
ini V yang menantang Jin.
Jin jadi semakin kesal. “Aku tidak ada urusan
denganmu! Urusanku dengannya!” kata Jin sambil menunjuk Yooyoung yang berada di
belakang V.
“Yooyoung, ada apa lagi? Kau kenapa?” tanya V.
“Lihat ini. Bajuku kotor karena dia menabrakku”
jawab Yooyoung sambil memperlihatkan bajunya yang terkena tumpahan jus akibat
bertabrakan dengan Jin.
“Karena aku? Heh, kau tidak punya mata? Kalau
berjalan sambil melihat!” bantah Jin, yang merasa tidak bersalah.
“Sudah-sudah. Jangan bertengkar!” potong V.
Kekesalan Jin semakin menjadi-jadi karena tingkah V. Yang seakan jadi pahlawan
yang sedang melerai adu mulutnya dengan Yooyoung.
“Kau tidak usah jadi pahlawan disini! Aku tidak
membutukanmu!” protes Jin pada V.
“Apa kau bilang? Heh, memang siapa yang ingin jadi
pahlawan?! Memang siapa yang sedang menolongmu! Aku bahkan tidak sudi
membantumu!” bantah V. Suasananya pun semakin memanas. Sebagian anak merasa
khawatir akan terjadi sesuatu yang hebat antara Jin dan V seperti dulu.
“Kau itu pahlawan kesiangan yang seolah menghentikan
adu mulutku dengan Yooyoung!” kata Jin.
“Ooh, jadi begitu ya! Baiklah! Aku akan pergi dari
sini. Dasar tidak tahu malu! Adu mulut dengan wanita di tempat seperti ini”
sahut V dengan kesal, lalu berbalik meninggalkan Jin. Sedangkan Jin dengan
kekesalannya yang meluap-luap karena Yooyoung, dan kini ditambah lagi dengan V,
menghentikan langkah V dan mendorong bahunya.
“Apa-apaan kau ini!” teriak V, sambil mendorong Jin.
“Kau juga berani menantangku?” tanya Jin dengan
kasar.
“Aku tidak pernah takut untuk menantangmu!” jawab V.
Sebelum mereka saling memukul, datanglah Yoo Ara dengan tepat waktu, dan segera
menghentikannya.
“Hentikan!” teriaknya. Yoo Ara menatap tajam ke arah
Jin. Seakan mengerti, Jin langsung melepas tangannya yang saat itu sedang
memegang kerah baju V. Lalu setelah itu membawa Yoo Ara keluar dari kantin,
menuju ke halaman belakang sekolah.
“Kenapa kau melakukannya!” tanya Yoo Ara dengan
kesal. “Apa kau tidak bisa menahan emosimu sejenak? Seharusnya kau tahu,
ditempat apa kau berkelahi. Harusnya kau bisa membaca situasi di sekitarmu!
Bukan hanya mementingkan amarahmu!” kata Yoo Ara. Jin hanya diam saja
mendengarkan perkataan Yoo Ara. Seakan mulutnya terkunci begitu mendengar suara
dingin Yoo Ara.
Jin dan Yoo Ara duduk di sebuah pilar semen di
samping mereka. Yoo Ara mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya, dan mulai
membersihkan noda bekas tumpahan jus dari seragam Jin.
“Kau seharusnya bisa mengalah. Lagipula, kau kan
juga lebih tua setahun darinya” kata Yoo Ara lagi
“Tapi dia selalu saja menantangku. Aku...” belum
selesai Jin bicara, Yoo Ara langsung menyelanya.
“Tidak mau kalah darinya?” tanya Yoo Ara. “Kalau
tidak mau kalah, bukan begitu caranya” kata Yoo Ara sambil menggerak-gerakkan
tangannya, kembali membersihkan noda di seragam Jin.
“Kau tunjukkan dengan cara lain. Dengan kata lain,
kau juga harus bisa mengimbangi kepintaran V, bukan seperti ini. Jangan hanya
bisa beradu fisik dan beradu argumen. Kau juga harus beradu otak dengannya atau
dengan siapapun. Dengan cara yang sportif” tambah Yoo Ara.
Jin memperhatikan Yoo Ara. Gadis itu sungguh sangat
baik. Dia masih ingat, bagaimana dia bertemu dengan Yoo Ara, dan bagaimana dia
bisa sedekat ini dengan Yoo Ara.
Flashback...
“Ya! Apa yang kau lakukan pada Namjoo?!”
Saat sedang berjalan menaiki tangga, tiba-tiba Jin
dihadang oleh seorang anak perempuan, yang sepertinya ia kenal.
“Ya! Jawab aku!” perintahnya.
“Kau... murid baru itu kan? Ah, aku lupa siapa
namamu...” kata Jin.
“Yoo Ara” jawabnya.
“Ah, iya. Memang kenapa?” tanya Jin dengan nada yang
dingin. Sekarang Yoo Ara baru tahu sedingin apa manusia ini.
“Apa? Kau bertanya padaku? Kau tak tahu apa salahmu?
Kau membuat Namjoo menangis” kata Yoo Ara.
“Lalu apa urusanmu?” tanya Jin dengan nadanya yang
masih dingin. Seketika, Jin memajukan langkahnya dan memojokkan Yoo Ara ke
tembok, lalu menatapnya tajam.
Diperlakukan seperti itu, Yoo Ara merasa seluruh
aliran darahnya berhenti. Dia tidak bisa membuka mulutnya, jantungnya berdegup
amat kencang hingga bunyinya terdengar. Dia tidak bisa mengedipkan matanya
sedetikpun.
“K.. kau..”
“Apa kau menyukaiku?” tanya Jin, sangat lirih. Yoo
Ara semakin membelalakkan matanya.
“Apa kau menyukaiku?” tanya Jin untuk yang kedua
kalinya.
“Ya! Itu tidak mungkin!” bentak Yoo Ara, lalu dengan
refleks, dia langsung menendang Jin ke belakang.
Brrugh!
“Aaah!” teriak Jin. Dan betapa terkejutnya Yoo Ara,
dia tidak sadar kalau di belakang Jin ada tangga menurun. Dan yang ia lihat
sekarang di luar dugaannya.
“Ha? Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?”
dangan segera, Yoo Ara menghampiri Jin, yang kini sedang terbaring kesakitan di
lantai. Untung saja saat itu tidak ada orang. Jadi dia langsung membawa Jin ke
UKS sendirian.
Ending
of flashback.
Dan sejak
kejadian itu, Jin dan Yoo Ara jadi saling mengenal dan semakin dekat. Setelah
Yoo Ara meminta maaf dan Jin memaafkannya, mereka langsung bisa berteman dengan
baik. Dan Yoo Ara kini sadar, bahwa Jin tidaklah sedingin yang dikatakan orang
lain.
***
Satu bulan berlalu begitu cepat, dan tahun segera
berganti. Ujian akhir semesteran pun dimulai. Semua siswa, termasuk Yoo Ara
sudah mempersiapkannya dengan matang. Semua siswa pasti berfikiran supaya bisa
lulus dari ujian ini. Tapi tidak untuk Jin. Dia masih saja berfikiran bagaimana
caranya membuat V berada di bawahnya. Tentu saja menurut dengan perkataan Yoo
Ara, kali ini Jin akan mengalahkan V dengan otak.
Sejak percakapannya dengan Yoo Ara sebulan yang
lalu, setiap pulang sekolah, Jin selalu pulang bersama Yoo Ara untuk belajar
bersama. Sekarang, Jin, Yoo Ara, Suga dan Rapmon berteman sangat dekat. Begitu
juga dengan V. Yoo Ara tidak pernah memili-milih teman. Dia berteman dengan
siapa saja, termasuk dengan sang superstar ini. Semua orang di sekolah,
berteman baik dengan Yoo Ara.
Seperti telah
memiliki jadwal sendiri-sendiri, setiap istirahat, Yoo Ara selalu bersama V dan
kawan-kawan, entah itu pergi ke kantin, atau ke perpustakaan untuk sekedar
membaca, menghilangkan bosan. Dan ketika pulang sekolah, Yoo Ara bersama Jin,
Suga, dan Rapmon, untuk belajar bersama di rumah Jin, atau bergantian. Ketika
malam hari, Yoo Ara kadang membantu ibunya di restoran. Terkadang, teman-temanya
suka berkunjung kesana untuk bertemu dengan Yoo Ara. V juga pernah datang
kesana, walaupun diikuti oleh Yooyoung. Tapi Yoo Ara merasa sangat senang, V
sudah berkunjung ke restoran Ibunya walau hanya sekali.
Ujian pun terasa
begitu mudah. Yoo Ara tetap melakukan rutinitasnya sebagai seorang siswa dan
seorang teman. Dia segera menyelesaikan ujiannya, lalu bergegas pulang bersama
Jin dan yang lain untuk belajar bersama.
“Sudah selesai?”
tanya Jin, yang saat itu menunggu Yoo Ara di depan kelasnya ketika Yoo Ara
sudah keluar.
“Sudah” jawabnya
singkat.
“Ayo pulang!
Seperti biasa kan?” ajak Jin.
“Ye” jawab Yoo
Ara. Mereka pun pergi meninggalkan kelas.
V yang melihat
Jin bersama Yoo Ara, rasanya ingin sekali berteriak. Seakan tidak terima. Entah
kenapa dia jadi merasa demikian.
Beruntung sekali kau, Jin! Kau pulang selalu
dibuntuti Yoo Ara. Sedangkan aku? Aku harus berurusan dulu dengan Yooyoung. Aku
tidak bisa lepas darinya. Kali ini aku benar-benar iri padamu, Jin!. V memaki dirinya
sendiri dalam hati.
Setiap selesai
ujian, V harus menunggu Yooyoung selesai ujian dulu, dan itu sangatlah
membosankan. Lalu, setelah itu pulang bersama Yooyoung. Terkadang, Yooyoung
meminta V untuk menemaninya ke suatu tempat. Sebenarnya dia ingin sekali
menolak, tapi tidak bisa. Akhirnya dia hanya menurut pada Yooyoung.
Walaupun V tidak
mungkin menolaknya, tapi satu hal yang tidak bisa ia terima. V tidak bisa
menerima Yooyoung sebagai kekasihnya. V sama sekali tidak mencintainya, dan
hanya menganggap Yooyoung sebagai teman, tidak lebih. Walaupun mereka berteman
sejak kecil, dan infotaiment selalu memberitakan bahwa mereka bersama. Ketika
diwawancarai, V selalu menjawab, “Tidak. Kami tidak bersama. Aku hanya
menganggap Yooyoung sebagai saudaraku saja”.
Seringkali, V
mengeluh pada Jungkook. Karena hanya Jungkook lah yang bisa jadi teman
curhatnya, untuk sekarang ini. Dia sudah tidak tahan lagi dengan ini.
“Kurasa, hyung
harus secepatnya mencari Yeojachingu” saran Jungkook pada V.
“Tapi siapa?”
tanya V.
“Kenapa bertanya
padaku? Tanya saja pada hati Hyung sendiri” jawab Jungkook.
V terdiam. Dalam
hati, dia membenarkan kata-kata Jungkook. Siapa yang dia sukai? Apakah dia
sedang menyukai seseorang? Sepertinya belum. Selama ini dia belum pernah
menaruh hati pada siapapun. Seperti amat sulit baginya. Tapi ada satu perasaan
aneh yang tengah menguasai hatinya sekarang ini. Entah apa itu, tapi sepertinya
dia memang sedang merasakan sesuatu pada seseorang. Sebuah getaran yang tidak
pernah terduga.
“Hyung menyukai
siapa?” tanya Jungkook.
V diam lagi. Dia
tidak mungkin mengatakannya. Karena sepertinya, ada juga yang menyukai gadis
yang sedang ia sukai sekarang. Dan orang itu sangat dekat dengannya. V sangat
takut menyakiti perasaan sahabatnya sendiri. Dia selalu memikirkan hal itu.
***
Hari itu pun
tiba. Hari dimana diberitahukannya siapa juara umum untuk semester ini. Semua
murid Myung Dong Art High School berkerumun di depan mading, beramai-ramai dan
berdesakan, berusaha melihat nilai, ataupun peringkat mereka. Ada yang setelah
melihat hasilnya, sebagian siswa merasa kecewa. Ada juga yang tersenyum puas setelah melihat hasilnya.
Yoo Ara dan Jin
yang baru saja datang, juga ikut berdesakan dan memaksakan diri untuk masuk dan
melihatnya. Betapa bahagianya YooAra yang mendapati namanya terletak di urutan
teratas. Dialah peringkat satunya. Yoo Ara tersenyum bahagia sekaligus bangga.
Dia bangga karena namanya terletak di atas nama V. Di tidak menyangka bisa
mengalahkan anak sepintar V.
Tapi Yoo Ara
merasa kasihan dengan Jin. Dia terlihat kecewa dan marah. Sebenarnya nilainya
juga sangat baik. Yang membuat Jin kecewa, namanya terletak di bawah nama V.
Dan nilainya berselisih sangat tipis sekali. Sangat disayangkan. Padahal
sedikit lagi.
“Ah! Sial!”
gumamnya. “Padahal tinggal sedikit lagi”
“Sudahlah, tidak
apa-apa. Ayo kita pergi dari sini!” ajak Yoo Ara. Dia harus segera membawa Jin
sebelum dia mengamuk di tempat itu.
***
Yoo Ara berjalan
menuju lokernya, berniat untuk mengambil sesuatu. Dia mengambil kuncinya di
saku, lalu membuka loker itu. Yoo Ara terlihat sedang mengambil beberapa buku.
Setelah menurutnya cukup, dia menutup pintu lokernya sambil mengotak-atik
ponselnya. Betapa kagetnya Yoo Ara setengah mati. Matanya terbelalak,
jantungnya berdegup kencang, ketika melihat V dibelakangnya, saat dia
membalikkan badannya. Dia berjingkit melompat ke belakang, punggungnya
membentur lokernya.
V muncul secara
tiba-tiba. Entah darimana datangnya V, yang sudah ada ditempat. Dan entah
berapa lama mereka bertatapan, dan pada akhirnya Yoo Ara membuka suaranya.
“Kk... kenapa
kau bisa ada disini?” tanya Yoo Ara.
“Kenapa? Apa
maksudnya ‘Kenapa’? aku kan sekolah disini. Tentu saja aku ada disini...”
“Maksudku,
kenapa tiba-tiba kau ada di depan lokerku? Ada apa?” Yoo Ara kembali bertanya.
Mendadak,
tatapan V jadi aneh, dan dia memajukan langkahnya, mendekati Yoo Ara. Yoo Ara
jadi semakin merinding memandangnya.
“Tidak ada. Aku
hanya ingin tahu, kau ini sepintar apa, sampai bisa mengalahkanku? Kau tahu
kan, kalau aku adalah murid terpintar di sekolah ini”
“Cih..” Yoo Ara
yang tadinya merinding, mendadak terlihat meremehkan perkataan V.
“Selama ini,
belum ada yang mengalahkanku. Tapi semenjak kau disini aku jadi tersingkir dari
nomor satu” kata V.
“Mungkin kau
kurang rajin” tanggap Yoo Ara.
“Hei, kau ini
bicara apa?” tanya V. “Kau tahu, aku belajar mati-matian untuk ini...”
“Oh, mungkin kau
kurang beruntung” jawab Yoo Ara singkat.
“Kau ini! Aku
ini seniormu. Aku lebih lama disini dibandingkan denganmu” bantah V.
Yoo Ara langsung
menjawab, “Oh, begitu ya? Baiklah, sunbae, maaf aku harus pergi sekarang.
Sampai jumpa! Puas?” setelah berkata demikian, Yoo Ara melangkah, meninggalkan
V.
Baru selangkah
Yoo Ara berjalan, dengan segera V menahan lengannya. Yoo Ara pun langsung
menoleh.
“Eh, tunggu
dulu! Aku ingin bicara denganmu” kata V.
“Ada apa lagi,
Sunbae?” tanya Yoo Ara sedikit ketus.
V kembali
terdiam. Agak sedikit ragu dan malu untuk mengatakan ini pada Yoo Ara. Cukup
lama, sampai Yoo Ara merasa bosan.
“Mau bicara apa?
Cepatlah!”
“Apa... malam
ini kau ada acara?”
“Ha? Kenapa?”
Yoo Ara agak terkejut mendengarnya.
“Ada acara
tidak?” V berbalik bertanya.
“Sepertinya
tidak ada” jawab Yoo Ara.
“Jawablah yang
pasti!”
“Iya, tidak ada.
Paling kalau tidak ada yang kukerjakan, aku membantu ibuku saja”
“Dimana?” tanya
V.
“Tentu saja di
restoran. Memang kenapa?” Yoo Ara balik bertanya.
“Bisa kita
bertemu nanti malam? Ada yang ingin ku bicarakan denganmu” pinta V pada Yoo
Ara.
“Bicara apa?”
tanya Yoo Ara lagi.
“Kan aku bilang
nanti malam” jawab V. “Bisa tidak?”
“Hmm, baiklah.
Temui aku di restoran saja. Kau tahu kan?”
“Ye, aku tahu”
jawab V.
“Yasudah.
Selamat siang. Sampi jumpa, V Sunbae!” kata Yoo Ara, lalu berbalik meninggalkan
V.
Setelah Yoo Ara
berbalik, V tersenyum-senyum sendiri. Dia tertawa kecil mendengar sebutan itu.
Padahal tidak sepantasnya Yoo Ara memanggilnya dengan sebutan Sunbae.
Padahal aku kan hanya bercanda. Dia tidak perlu
memanggilku Sunbae terus. Dalam hatinya membenarkan.
Dia tersenyum,
sambil melihat Yoo Ara yang berjalan membelakanginya. Dia masih saja memandang
punggung gadis itu, sampai benar-benar menghilang dari pandangannya. Walaupun
Yoo Ara sudah tidak terlihat, tapi V masih saja memperlihatkan senyumannya.
Begitu juga dengan Yoo Ara. Dia merasa sangat bahagia sebenarnya. Tidak
disangka, idolanya sendiri mengajaknya bertemu malam ini. Membuatnya semakin
menyukai V.
Sedangkan,
disisi lain yang terletak tidak jauh dari tempat V berada, Jin berdiri dekat
tembok sambil memperhatikan V dari belakang. Jin berdiri bersandar pada tembok,
dengan melipat tangannya di depan dadanya yang bidang. Serta tatapan kesal,
yang ditujukan pada V. Dia ingin sekali berteriak pada V sekarang juga.
Kenapa kau selalu menyukai apa yang aku sukai?!
Bisakah kau berhenti mengikutiku?!. Batin Jin, kesal. Dia masih saja
menatap V.
V berbalik, lalu
berjalan kembali dengan santai. Baru saja V berjalan beberapa langkah,
langkahnya terhenti. Berjarak sekitar empat meter darinya, berdiri Jin di dekat
tembok, sambil menatapnya tajam. Seperti ingin membunuhnya. V berbalik menatap
Jin.
Pasti dia ingin cari gara-gara denganku. Batin V.
V tidak
menghiraukannya. Dia kembali melangkah, sampai melewati Jin. Ketika sampai di
depannya, tiba-tiba Jin membuka suaranya, yang membuat V menghentikan
langkahnya.
“Bisakah kau
berhenti mengikutiku?” tanya Jin. V yang telah menghentikan langkahnya di depan
Jin, sama sekali tidak menoleh ke arah Jin.
“Memang siapa
yang mengikutimu?” V kembali bertanya.
“Kau!” jawab Jin
dengan segera.
V menghela napas.
“Aku bukan mata-mata!”
“Aku tahu kau
bukan mata-mata. Kau bahkan tidak berbakat jadi mata-mata!” saut Jin. Kali ini,
V menoleh ke arah Jin. Dan pandangan mereka bertemu.
“Lalu, apa
maksudmu mengikuti?” tanya V, ketus.
“Kenapa kau
menyukai Yoo Ara?” Jin berbalik bertanya.
V terdiam
beberapa saat. Sepertinya Jin masih bisa memahami sifat V. Dan keduanya pun
juga masih bisa memahami sifat satu sama lain, meski mereka saling bermusuhan.
“Apa kau
menyukainya?” tanya V.
“Aku tanya,
kenapa kau menyukainya?!” bentak Jin.
Tanpa pikir
panjang, V langsung menjawab. “Memang kenapa kalau aku menyukainya? Apa
masalahnya denganmu?!” teriak V.
“Berhentilah
mengikutiku! Dan berhentilah menyukai apa yang aku sukai!” teriak Jin. Sekarang
mereka saling membentak.
“Apa maksudmu?!
Seharusnya kau tahu diri siapa kau sebenarnya! Kau itu tidak ada apa-apanya
denganku!” teriak V.
Kali ini, Jin
benar-benar marah. Dia mendengar kata-kata itu lagi. Kata-kata seseorang yang
telah nenyakiti perasaanya hingga dia jadi membenci V. Dia tidak terima V
berkata seperti itu padanya. Jin merasa, V telah mengungkit-ungkit masalahnya
dulu. Kemarahan terlihat jelas di matanya. Dia sudah tidak tahan lagi.
BUAAK!
Jin meninju V
dengan sangat kuat, sampai V jatuh tersungkur di lantai. Tangan Jin masih
mengepal kuat. Emosinya sudah meluap-luap. Sedangkan V, dia merasa ada sesuatu
yang berbeda, terasa di wajahnya. Bibirnya terasa pecah. Tangannya bergerak
menyentuh wajahnya. Terlihat, jarinya menyentuh bibirnya, dan ada darah disana.
“Ssshh...” V
meringis kesakitan, dan berusaha bangkit. V menyadari kalau Jin baru saja
meninjunya. Dan V tahu, bagaimana cara dia membalaskannya.
***
Tidak jauh dari
kelasnya, Jungkook dan Jimin sedang berjalan menuju perpustakaan. Sebenarnya
tujuannya ke perpustakaan bukanlah untuk membaca, tapi mencari V. Tidak
biasanya V meninggalkan mereka berdua tanpa bicara dulu. Hari ini J-hope tidak
masuk karena ada acara dengan keluarganya di Jepang. Sekarang, Jungkook dan
Jimin hanya berjalan berdua. Saat Jungkook hendak membuka pintu perpustakan,
terlihat Yooyoung yang dari arah yang berlawanan berjalan agak cepat, mendekti
mereka.
“Jungkook!”
panggilnya. Jungkook pun mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.
“Apa kau lihat
V?” tanya Jimin pada Yooyoung.
“Justru itu, aku
ingin bertanya pada kalian. Apa kalian melihatnya?” Yooyoung berbalik bertanya.
“Aku dan Jimin
Hyung sedang mencarinya. Kami akan mencari V hyung di dalam sini” kata
Jungkook.
“Aku sudah masuk
barusan. Dia tidak ada di dalam” sahut Yooyoung, sebelum Jungkook membuka
pintunya.
Akhirnya, mereka
bertiga pun beranjak dari tempat itu. Mereka memutuskan untuk mencari V, karena
batin Jungkook mengatakan ada yang tidak beres dengan V. Tidak bisanya V pergi
begitu saja.
“Jungkook!
Jimin!” seseorang memanggil mereka sambil berlari ke arah Jungkook, Jimin, dan
Yooyoung. Napasnya terlihat terengah-engah. Dia Yong Jae.
“Yong Jae, ada
apa denganmu?” tanya Jungkook.
“Ah..Ah...
mereka... berdua... berkelahi!” ucap Yong Jae terputus-putus dengan nafasnya
yang berat.
“Bicara yang
jelas! Siapa yang berkelahi?” tanya Jimin.
Yong Jae kembali
bernafas sejenak, lalu kembali bersuara. “V.. V berkelahi!”
“Siapa katamu?”
Jungkook bertanya, seakan tidak percaya.
“V, berkelahi
lagi dengannya!” ucap Yong Jae dengan lancar.
Yooyoung
menyahut. “Jangan-jangan, dia berkelahi dengan...”
“Jin!” sambung
Jungkook dan Jimin bersamaan. Mereka langsung berlari menuju tempat yang
ditunjukkan Yong Jae.
***
Jungkook, Jimin,
dan Yooyoung sampai disana, bersamaan dengan Suga dan Rapmon. Tanpa pikir
panjang, langsung memisahkan Jin dan V yang sedang berkelahi.
“Hyung!
Hentikan!” teriak Jungkook sambil mecengkeram kuat lengan V dari belakang.
“Hyung,
tenangkan dirimu!” teriak Rapmon yang juga mencengkeram kuat lengan Jin dari
belakang. Keempat anak itu berusaha sangat keras dalam memisahkan keduanya.
“Minggir!
Lepaskan aku!” teriak V yang masih berusaha melawan Jungkook dan Jimin yang
memegangi tubuhnya kuat-kuat.
“Lepaskan! Biar
kuhajar dia!” bentak Jin yang berusaha melepaskan diri dari Suga dan Rapmon.
Jungkook, Jimin,
Suga, dan Rapmon sudah berusaha menenangkan, tapi keduanya belum juga mau
tenang. Sulit sekali rasanya. Jungkook dan Suga sampai terkena pukulan akibat V
dan Jin yang terlalu memaksakan diri. V hampir saja terlepas dari Jungkook,
kalau saja Jimin tidak meraihnya kembali. Jin dan V masih berusaha melawan,
tapi tidak setelah seorang anak berteriak.
“Kepala sekolah
datang!” teriaknya.
Semua anak
menoleh, lalu minggir memberi jalan kepada sang kepala sekolah. Kepala sekolah
Kang berdiri di dekat Jin dan V, lalu berkata.
“Apa-apaan ini?”
tanyanya. “Kalian berdua! Ikut ke ruanganku, sekarang!” perintahnya dengan
tegas.
***
Jin dan V,
berdiri di depan kepala sekolah Kang Hyun Jae, yang kini sedang duduk, berseberangan
dengan mereka. Kedua anak itu sedari tadi diam, tanpa kata. Kepala sekolah Kang
mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja sambil menatap tajam kedua anak itu.
“Sebenarnya, ada
apa dengan kalian?” tanyanya. Jin dan V tetap saja diam. Mereka tidak mau berkata
apapun.
“Seingatku,
kalian berkelahi dua tahun yang lalu” katanya, lalu mengambil sebuah foto dari
dalam lacinya.
“Kalian ingat
foto ini?” tanya guru Kang, sambil memperlihatkan sebuah foto kepada Jin dan V.
Foto yang
diambil dua tahu yang lalu. Tahun dimana mereka masih akur. Foto dua anak itu
yang memakai baju Taekwondo berwarna putih. Keduanya terlihat sedang
berangkulan. Satu diantaranya memegang sebuah boneka Mario Bross. Dan entah apa
yang terjadi setelah itu, tiba-tiba saja mereka berdua bertengkar hebat.
Setelah kejadian pertengkaran itu, Jin dan V sampai harus dipindahkan ke kelas
yang berbeda. Sifat mereka pun berubah drastis. Yang biasanya ramah, kini
menjadi sangat dingin. Keduanya sering terjadi perbedaan pendapat. Tidak
seperti dulu, yang selalu kompak.
Itu karenamu! Aku membenci V karena kau! Kang Hyun
Jae!.
Jin memaki guru Kang dalam hati. Dialah yang menyebabkan permusuhan itu.
***
Kedua anak itu
keluar dari ruangan kepala sekolah Kang. V berjalan mendahului Jin yang masih terlihat
murung.
“Mau tahu,
kenapa aku membencimu?” tanya Jin. V berhenti melangkah. Dia terdiam, lalu
berbalik dan menatap Jin tajam.
“Tidak perlu.
Aku tidak ingin mendengarnya” jawab V dengan ketus. Lalu berbalik, melanjutkan
langkahnya, meninggalkan Jin yang terus memandang V dengan tatapan kesal.
Jin berbalik
memandang pintu ruang kepala sekolah Kang. Dia kembali teringat dengan kejadian
itu... dia mendengar semua, yang dikatakan Kang Hyun Jae.
***
Jam tujuh malam.
V baru saja keluar dari kamar mandi. Dia bergegas menuju almari pakaian, dan
mengacak-acak isinya. Setelah menemukan pakaian yang pas, dia segera
memakainya. V memakai baju warna cokelat, dan celana panjang warna hitam, lalu
melapisinya dengan jaket warna hitam yang pernah dia pakai beberapa waktu yang
lalu, ketika pertama bertemu dengan Yoo Ara. Saat dia sedang merapikan
rambutnya di depan cermin, terlihat dari cermin, ibunya masuk, dan menghampiri
V.
“Ibu..” sambut
V.
“Hmm, wangi
sekali. Mau kemana?” tanya In Soo.
“Aku ada janji
dengan temanku, Bu” jawab V, lalu kembali merapikan rambutnya.
“Siapa dia?
Perempuan? Kau sudah punya Yoejachingu? Kapan kalian pacaran?” tanya In Soo.
Pertanyaan yang membingungkan. V tidak tahu harus menjawab dari mana dulu.
“Ibu ini bicara
apa? Siapa yang pacaran? Kalau bertanya satu satu, Bu” jawab V sambil menatap
ibunya.
“Temanmu itu,
perempuan?” tanya In Soo.
“Iya, dia
perempuan” jawab V. “Kenapa, Bu?”
“Yeojachingu-mu?”
tanya In Soo lagi.
“Tidak, kami
belum pacaran” jawab V dengan segera.
In Soo tersenyum
melihat putranya. “Belum? Berarti, sebentar lagi pacaran?”
“Ah, Ibu!
Sudahlah, aku tidak mau membicarakannya di depan Ibu” saut V sambil mendorong
ibunya keluar dari kamarnya. Setelah In Soo keluar, V langsung menutup
pintunya, dan bersandar di baliknya.
“Kuharap, Yoo
Ara mau bekerja sama denganku kali ini” ucapnya yakin.
Lalu tangannya
bergerak meraih kacamata dan topi yang biasa ia pakai jika akan bepergian
keluar rumah sendiri. Setelah memakainya, V berjalan keluar kamarnya. Dia
melihat ibunya yang sedang duduk sendirian sambil menonton televisi. V merasa
iba pada ibunya.
Seandainya, ibu menikah lagi, pasti dia tidak akan
kesepian kalau ku tinggal sendirian dirumah... Paling tidak, ada yang
menemaninya dan menghiburnya.
V hanya
mengetahui kalau ibunya bercerai dengan ayahnya. Kata In Soo, ayahnya selingkuh
dengan wanita lain saat dia masih sangat kecil. Ibunya tidak pernah mau
memberitahukan siapa sebenarnya ayahnya. V bahkan tidak tahu nama ayahnya
sendiri. Walaupun demikian, V tidak pernah membenci ayahnya sama sekali,
biarpun V berfikiran kalau ayahnya pergi meninggalkannya dan ibunya untuk
wanita lain.
“Ibu, aku akan
keluar sekarang” kata V sambil mendekati ibunya, lalu duduk disamping Ibunya.
“Iya. Hati-hati
di jalan” jawabnya. “Jangan kau apa-apakan teman wanitamu itu!” tambahnya.
“Ibu! Aku ini
laki-laki baik-baik!” sahut V dengan kesal.
“Yasudah, ibu
percaya padamu” katanya sambil tertawa ringan.
“Ya, ibu. Aku
berangkat” pamit V.
***
Gadis cantik itu
sedang duduk sendirian di pojok sebuah restoran. Sedari tadi dia hanya duduk
termenung tanpa ada niat sedikitpun untuk membantu ibunya dan karyawan yang
lain melayani pelanggan di restoran. Berkali-kali matanya memandang jam di
tangannya dan jam di dinding restoran. Kali ini Yoo Ara sudah berdandan cantik
untuk bertemu dengan seseorang. Dan siapa lagi orang itu kalau bukan V.
Seorang
perempuan paruh baya pemilik restoran, melihat anaknya sambil menggelengkan
kepalanya. Lalu kembali melanjutkan pekerjaannya di dapur. Setelah beberapa
menit menunggu, Yoo Ara pun akhirnya merasa bosan juga.
“Sudah jam
setengah delapan. Kenapa belum datang juga?” gumamnya lirih. Beberapa detik
kemudian, dia pun beranjak dari tempat duduknya, dan berniat untuk menunggu V
di luar restoran. Siapa tahu V tidak mau masuk karena di dalam ramai
pengunjung.
Yoo Ara duduk di
bangku depan restoran, dan kembali menunggu. “Apa dia sedang membohongiku?”
ucapnya.
“Aku pasti
menepati janjiku!” sahut seseorang. Yoo Ara mendongak, dan menoleh ke arah
orang itu. Awalnya dia tidak mengenalinya. Tapi lama kelamaan, dia pun tahu.
“Ya Ampun! V!”
teriaknya. V sungguh kaget setengah mati, saat Yoo Ara menyebut namanya sangat
keras. Dia langsung membungkam mulut Yoo Ara dengan tangannya.
“Ssstt... jangan
keras-keras. Pelankan suaramu!” perintah V. Yoo Ara mengangguk mengerti, lalu V
melepaskan tanggannya dari Yoo Ara, dan duduk di samping gadis itu.
“Kau ini. Apa
kau sedang tidak sadar?” tanya V.
“Iya, aku minta
maaf. Aku kan kaget” jawab Yoo Ara.
“Ada perlu apa
denganku?” tanya Yoo Ara.
“Kita bicara
sambil jalan saja” jawab V. “Kau mau?” tanya V.
“Jalan kemana?”
Yoo Ara berbalik bertanya.
“Kemana saja.
Ayo!” jawab V, lalu berdiri, meraih tangan Yoo Ara dan setengah menariknya. Yoo
Ara pun mengikutinya.
Mereka berdua hanya
berjalan-jalan saja. Dengan obrolan ringan, tanpa ada niat untuk V menceritakan
masalahnya pada Yoo Ara, dan apa tujuannya. Mereka terus berjalan, ditengah
malam kota Seoul yang ramai dengan manusia. Tiba-tiba saja V berhenti di depan
sebuah penjual es krim.
“Aku ingin
membeli es krim. Kau mau?” tanya V. Yoo Ara hanya mengangguk. V pun membeli dua
buah es krim untuknya dan Yoo Ara, setelah itu memberikannya satu untuk Yoo
Ara.
“Sudah lama aku
tidak makan es krim seperti sekarang ini” ucap V.
“Aku hampir
setiap hari makan ini” sahut Yoo Ara.
“Benarkah?
Kenapa kau tidak terlihat gemuk?” goda V.
“Hei! Apa
maksudmu? Jangan bicara seperti itu ya!” tanggap Yoo Ara, kesal. V hanya
tertawa melihatnya. Dia kembali teringat masa-masa dua tahun yang lalu. Saat
hari ulang tahun Jin. Mereka berjalan-jalan di pinggir jalan, membeli es krim,
dan tertawa bersama di pinggir jalan seperti ini. Tapi itu semua sudah hilang
semenjak pertengkaran itu.
“Kau tahu?
Terakhir, aku makan es krim seperti ini bersama Jin Hyung” kata V. Yoo Ara
begitu kaget mendengar ucapan V barusan. Dia berfikiran, ternyata mereka berdua
pernah akur. Dan V, barusan dia menyebut ‘Hyung’ pada nama Jin. Berarti dulu
mereka sangat dekat.
Sebenarnya hal apa yang membuat mereka seperti ini? Batin Yoo Ara.
“Apa kau tidak
bohong?” tanya Yoo Ara.
“Apa aku
terlihat sedang berbohong?” tanya V kembali dengan tatapan yang serius.
Yoo Ara kembali
bertanya. “Lalu, apa yang membuat kalian jadi seperti ini?”
“Aku tidak tahu.
Tapi...” jawab V.
“Tapi apa?” tanya
Yoo Ara.
“Mau
kuceritakan?” V menatap Yoo Ara.
Yoo Ara
mengangguk cepat.
Flashback...
V’s pov
“Kuharap, Jin
Hyung tidak kesal denganku” gumamku, sambil berjalan menyusuri koridor.
Aku sedang
mencari-cari Jin Hyung sedari tadi, tapi aku tidak menemukannya. Sejak pagi aku
tidak melihatnya. Dan bahkan, sejak dua hari yang lalu, semejak aku mengikuti
lomba Taekwondo Nasional, sama sekali dia tidak kelihatan. Dia bahkan tidak
menghadiri lomba itu, alih-alih mendampingiku, melihatku saja tidak. Sesekali,
aku berfikiran kalau-kalau Jin Hyung marah atau kesal padaku karena aku kalah
di lomba itu. Aku sangat khawatir kalau hal itu sampai terjadi. Tapi Jin Hyung
bukanlah orang yang seperti itu. Aku sangat mengenalnya.
Aku terus
berjalan menyusuri koridor. Melewati beberapa anak yang berdiri memenuhi jalan,
melewati ruang kepala sekolah, melewati kantin, tempat latihan Taekwondo, dan
sampai lagi di depan kelasku. Kuputuskan untuk kembali. Siapa tahu, Jin Hyung
sudah kembali ke kelas.
Saat aku akan
membuka pintu kelas, akhirnya aku pun melihat Jin Hyung, yang sedang berjalan
ke arahku. Tatapannya aneh. Aku sama sekali tidak mengerti arti tatapan itu.
Apa dia sedih? Marah? Kesal? Atau... benci?
Aku langsung
menghampirinya. “Hyung, kau dari mana saja? Dari tadi aku mencarimu, Hyung”
kataku.
“Untuk apa
mencariku?” tanyanya. Aku merasa sedikit aneh dengan nada bicaranya. Ada apa
dengannya?
“Baiklah, Hyung.
Kemarin aku kalah. Dan karena itu, bagaimana kalau nanti malam kita beli es
krim. Aku yang akan mentraktirmu, Hyung” kataku, sambil meraih lengan Jin
Hyung. Tapi tiba-tiba dia menghentakkan tangannya dan sontak membuatku langsung
melepasnya.
“Tidak usah. Aku
tidak mau beli es krim lagi denganmu” jawabnya. Aku agak bingung dengan
sikapnya. Ya Tuhan, apa dia benar-benar marah padaku?
“Hyung, kau
kenapa?” tanyaku. Dia tidak menjawab.
“Hyung, Jin
Hyung...” kataku, sambil memegang pundaknya.
“Lepaskan!
Jangan sentuh aku!” bentaknya padaku. Aku sungguh terkejut dengan sikapnya yang
berubah sangat drastis padaku. Kenapa dia jadi sedingin ini padaku?
“Hyung, kau
marah padaku?” tanyaku, pelan. “Maaf Hyung, kalau karena aku, kita kalah. Aku
tidak tahu kenapa ketua memilihku secara mendadak. Padahal aku belum sepenuhnya
menguasai tekniknya dengan benar” kataku berusaha menjelaskan.
“Kau tahu,
kenapa kita kalah?” dia bertanya pelan. “Karena kau tidak bisa apa-apa! Kau
tidak bisa apa-apa! Tidak bisa melakukan apapun dengan benar! Kau selalu
membawa kekalahan untukku! Seharusnya aku! Aku yang menang!” bentaknya, sangat
keras padaku.
Dia benar-benar
marah padaku. Dan aku... aku... Jin Hyung, kenapa bicara seperti itu padaku?
Aku tidak percaya kalau dia akan sampai membentakku dan berkata seperti itu
padaku. Telingaku terasa sakit saat mendengarnya. Hatiku rasanya hancur ketika
Jin Hyung membentakku.
“Kau hanya bisa
mengandalkan popularitasmu sebagai Superstar! Kau itu sebenarnya tidak bisa
melakukan apa-apa!” bentaknya lagi. Aku benar-benar merasa tidak tahan lagi
dengan perlakuan Jin Hyung, dengan ucapan Jin Hyung yang menyakitkan bagiku.
“Cukup Hyung!
Hentikan!” aku benar-benar tidak mau mendengar kata-katanya lagi. Kata-katanya
terasa seperti sebuah dengungan yang sangat keras.
“Kau tahu? Kau
itu Pembawa sial! KAU PEMBAWA SIAL,V!” bentaknya, sangat keras dihadapanku.
Dia membentakku
untuk yang ketiga kalinya. Dan semua sungguh menyakitkan. Dan.. apalagi yang
dikatakannya? “Kau tahu? Kau itu Pembawa
sial! KAU PEMBAWA SIAL,V!”. Kata-kata itu, aku tidak percaya, Jin Hyung
mengatakan itu padaku. Dan siapapun. Siapapun orang yang punya akal dan pikiran
pasti tidak akan terima jika disebut-sebut sebagai pembawa sial.. begitupun
denganku. Aku tidak tahan lagi dengan ini.
BUAAKK!!
Tiba-tiba saja
tanganku bergerak, lalu meninju wajah Jin Hyung. Aku sudah sangat emosi.
“Hei! Jangan
sekali-kali menyebutku seperti itu! Aku lebih baik darimu!” bentakku padanya.
Terlihat, dia sedang berusaha bangkit. Aku tahu, arti tatapannya. Dan aku pun
sudah siap menerimanya. Aku tahu, dia pasti akan membalasku.
BUAAKK!
V pov-Ending of flashback ....
“Itulah awal
dari perkelahian kami, dan akhir dari persahabatan kami. Dan sampai sekarang,
aku tidak tahu alasannya. Mungkin, karena aku kalah” kata V, lalu kembali
menyantap es krimnya.
“Aku tidak
menyangka, ternyata kalian pernah berteman sangat baik” kata Yoo Ara. “dan aku
juga tidak menyangka kalau artis seperti V mempunyai cerita persahabatan
seperti itu” tambahnya lagi.
“Ya, begitulah. Ada kalanya, seorang kawan menjadi lawan
yang sangat tangguh. Ada kalanya pula seorang lawan menjadi kawan terbaik”
jawab V.
“Hidup ini memang tidak selalu berjalan
seperti apa yang telah direncanakan” sambung Yoo Ara.
“Ya, benar. Semua itu adalah rahasia langit. Dan tidak
ada manusia yang dapat membuka tabir dan membaca rahasia langit. Kecuali Tuhan”
tambah V.
“Karena pada dasarnya, kita semua tidak
lebih baik dari apa yang ada dalam pikiran kita” sambung Yoo Ara. Kedua
anak itu saling bertatapan, lalu tersenyum. V terus menatap Yoo Ara.
“Ada apa?” tanya
Yoo Ara.
“Tidak ada...”
jawab V. Tapi dia sama sekali tidak memalingkan pandangannya pada Yoo Ara.
Membuat Yoo Ara tersipu malu, dan wajahnya memerah, terlihat jelas. Yoo Ara
jadi semakin salah tingkah karena dipandang seperti itu oleh V. Dia berusaha
mengalihkan perhatian sang superstar ini.
“Oh iya,
sebenarnya kau ini ada perlu apa denganku? Sedari tadi kau belum mengatakannya”
tanya Yoo Ara.
“Oh iya. Aku
hampir saja lupa” jawab V. “Apa kau mau bekerja sama denganku?” tanya V.
“Bekerja sama?
Maksudnya?” tanya Yoo Ara.
“Kau tahu kan,
kalau Yooyoung selalu saja menempel padaku? Dia tidak akan melepasku kalau aku
belum punya Yeojachingu” kata V.
“Lalu, apa
hubungannya denganku?” tanya Yoo Ara lagi.
“Kau, mau tidak,
jadi pacar palsuku?” tanya V.
Yoo Ara kaget
bukan main mendengar perkataan V. Sungguh diluar dugaannya. “Apa?! Kau sudah
gila ya? Kau kehabisan akal, hah?! Memang hanya cara ini kau bisa lepas
darinya?” sahut Yoo Ara.
“Yaa...
menurutku begitu” jawab V.
“Kau benar-benar
gila! Kenapa harus aku?” tanya Yoo Ara.
“Aku tidak gila!
Aku hanya mempercayaimu” jawab V. Yoo Ara terdiam. Dia sedikit kesal dengan V.
“Tapi kenapa
harus aku? Apa tidak ada yang lain?”
“Tidak ada.
Didunia ini, aku hanya mempercayai Tuhan, Ibu, Jungkook, Jimin, J-hope, dan kau
saja. Dan yang mungkin kujadikan Yeojachingu, hanya kau saja” jelas V. Yoo Ara
kembali terdiam. Dia malas membicarakan hal itu. Kenapa harus palsu? Yang dia
inginkan bukanlah itu. Kalau saja bukan palsu, pasti Yoo Ara sekarang ini sudah
menerimanya.
“Ah! Aku tidak
mau! Tidak bisa!” kata Yoo Ara, lalu berjalan mendahului V.
“Ayo, kita
pulang saja!” ajak Yoo Ara, dengan nada bicara yang dingin.
“Tapi...”
“Sudahlah!”
V sangat kecewa
dengan jawaban Yoo Ara. Padahal dia berharap Yoo Ara mau bekerja sama
dengannya. V sangat membutuhkan Yoo Ara. Dia tidak tahu, cara ini benar atau
salah. Tapi yang jelas, menurutnya inilah cara yang tepat agar Yooyoung menjauh
darinya.
Mereka tidak
berjalan sejajar. Yoo Ara berjalan mendahului V, dan V juga tidak berani untuk
berjalan sejajar dengannya. V hanya mengikuti Yoo Ara dari belakang, menatap
punggung gadis itu, dengan perasaan kecewa.
Di dalam Bus pun
sama. Yoo Ara hanya duduk membisu, tanpa ada niat sedikitpun untuk membuka
suaranya. Dan tanpa sedikitpun menoleh ke arah V yang duduk di sampingnya. Bus
yang ditumpanginya seakan berjalan sangat lambat, membuat Yoo Ara semakin
kesal. Dia sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai rumah. V sedari tadi juga
hanya diam. Dia masih memikirkan, bagaimana caranya agar Yoo Ara mau bekerja
sama dengannya.
Apa dengan uang? Ah, tidak mungkin. Yoo Ara bukan
orang yang seperti itu. Bisa-bisa, dia malah memusuhiku, apalagi sampai
membenciku.
Batin V. Dia kali ini benar-benar sangat bingung. Tidak ada cara yang lain
selain memohon pada Yoo Ara.
Bus akhirnya
berhenti berjalan, dan mereka berdua turun di halte dekat restoran milik Yoo
Ara. Lagi-lagi mereka membisu. Yoo Ara kembali berjalan mendahului V.
“Yoo Ara”
panggil V. Yoo Ara berhenti melangkah, tapi dia tidak menoleh ke belakangnya,
untuk melihat lawan bicaranya, seakan sudah tahu apa yang akan dikatakan V
padanya.
“Aku mohon, bantu aku. Aku sudah lelah dengan ini
semua” kata V. Yoo Ara jadi semakin kesal. Dia kembali melangkah, tanpa
menghiraukan V yang berulangkali memanggil nama Yoo Ara.[TBC]