RSS

BTS Berbicara mengenai menangis pada BTS Begins seoul

 Jungkook: aku menangis selama hari terakhir konser kami. selama perkataan mc terakhir, air mataku jatuh ketika aku melihat apa yang orang tuaku katakan padaku.

 V: Karena jungkook adalah seorang crybaby (crybaby=seorang yang mudah menangis karena hal kecil).
 di samping di depan keluarga atau anggota, aku tidak akan menangis! Aku berpikir itu memalukan jadi aku menahannya.

 Jimin: aku juga tidak menangis! Tapi ketika kami menyanyikan “Born singer” karena itu lagu yang sangat berarti bagi kami. Aku tidak tahu kenapa ketika mataku berubah merah. Jin Hyung juga menangis.

 Jin: karena banyak pengemar datang untuk melihat kami. Mengapa aku menangis, aku pikir kau akan mengerti setelah kau melangkah di atas panggung.

 Rap Monster: Bahkan suga hyung menangis! Jangan mengatakan “aku tidak menangis” lagi. (tertawa)

 Suga: Huh? Siapa yang menangis? Aku tidak tahu apa yang terjadi. aku menghargai air mataku jadi aku bisa menangis di Gymnastic arena (tempat besar di seoul)


 Haha suga gak pernah mau ngaku kalo dia nangis XD Because his swagness flowing on his blood lol

 Cr: haru hana vol 30.
 Engtrans: @yoogamin.

 Indo trans: @Rapmoarning.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

FF || "MIRACLE" || C3 || Jeon JR || Romance || BTS || G


Tittle: Miracle || Author: Jeon JR
Genre: Romance || Leght: Chaptered || Rating: G
Main Cast: V BTS, Jin BTS, Yoo Ara || Other Cast: Yooyoung (HV), All Member BTS

방탄소년단

Chapter 3


--Bus akhirnya berhenti berjalan, dan mereka berdua turun di halte dekat restoran milik Yoo Ara. Lagi-lagi mereka membisu. Yoo Ara kembali berjalan mendahului V.

“Yoo Ara” panggil V. Yoo Ara berhenti melangkah, tapi dia tidak menoleh ke belakangnya, untuk melihat lawan bicaranya, seakan sudah tahu apa yang akan dikatakan V padanya.

“Aku mohon, bantu aku. Aku sudah lelah dengan ini semua” kata V. Yoo Ara jadi semakin kesal. Dia kembali melangkah, tanpa menghiraukan V yang berulangkali memanggil nama Yoo Ara.--



***



Jin terjaga, dia baru saja tersadar dari mimpinya. Jin memimpikan kejadian itu. Kejadian dua tahu yang lalu, di depan ruang kepala sekolah. Perkataan Kang Hyun Jae, masih terngiang jelas di telinganya, sampai sekarang. Jin menoleh ke arah jam dinding di kamarnya.

“Jam dua belas malam” gumamnya.

Dia kembali teringat perkataan Kang Hyun Jae dalam mimpinya...
“Bagaimana kalau kita ajukan V saja?”
“Dia kan artis yang sedang naik daun”.
“Bayangkan saja. Kalau dia yang mengikuti lomba, sekolah kita akan semakin terkenal. V akan membawa nama baik sekolah kita”.
“Alaah.. jin itu tidak ada apa-apanya dengan V. Dia tidak akan mampu membawa nama baik sekolah”.
“Dia hanya anak yang biasa-biasa saja. Tidak punya apapun untuk dibanggakan”.
“Kalaupun dia menang, tidak akan membawa pengaruh besar bagi sekolah ini”.
“Dia tidak punya peran penting di sekolah. Tapi kalau V, dia kan seorang superstar. Biarpun kalah, dia akan tetap bisa membawa nama baik sekolah”
“Jin itu, bukan siapa-siapa. Dia itu tidak berguna”.

Jin menutup mata, dan telinganya. Dia sudah tidak mau membayangkan kejadian itu lagi. Membayangkannya membuat kepalanya terasa sakit. Jin mendengar semuanya, yang dikatakan guru Kang pada ketua JungWoo. Dia tidak terima jika terus dijelek-jelekan seperti itu. Jin jelas merasa, dirinyalah yang lebih baik, meskipun dia bukan seorang superstar.

Dia kemudian melangkah keluar dari kamarnya, menuju ke sebuah ruangan kosong di pojok rumah besarnya. Dia membuka pintu gudang itu. Gelap. Jin segera menyalakan lampu. Terllihat, dirinya sedang mengambil beberapa kardus yang tertutup rapi. Satu per satu ia turunkan kardus-kardus itu ke lantai.

Diambilnya kardus yang terletak paling bawah. Jin mengeluarkan semua isinya. Hampir semuanya adalah mainannya sewaktu kecil. Tapi dia bukanlah mencari mainan. Tangannya meraih sebuah boneka yang sangat ia sukai. Boneka Mario.Dia membersihkannya dari debu, lalu membawanya keluar dari dalam gudang.

Dia kembali berjalan memasuki kamarnya. Dipandangnya lama boneka itu. Boneka pemberian V saat ulang tahunny dulu. Inilah hadiah pertama V dan satu-satunya untuk Jin. Jin memandang lekat-lekat boneka itu. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja dia melemparnya ke sudut ruangan. Dia kembali merasa sangat marah. Perasaanya ketika pertama berkelahi dengan V, tiba-tiba saja muncul kembali.

“Anggap saja pukulanku tadi siang itu, adalah balasan dari pukulanmu yang pertama kau berikan padaku” ucap Jin.


***


Di dalam mobil itu, terlihat biasa saja. Tidak ada yang berubah. Sekarang, V, Jungkook, Jimin, lebih sering berangkat sekolah diantar oleh sopir, semenjak J-hope ke Jepang. Jungkook, hanya duduk di samping Jimin, sedang asik memainkan ponselnya. Jimin, sedang asik selca sendiri dengan kamera paraloidnya. Maklum saja. Artis baru ini memang sangat hobi berfoto.

Sedangkan anak yang satu ini, hanya melamun di samping sopir. V tidak ada habisnya memikirkan gadis bernama Yoo Ara yang semalam jalan dengannya. V masih saja memikirkan cara agar Yoo Ara mau bekerja sama dengannya. Jarinya terlihat sedang memijit-mijit dahinya, seakan sedang pusing.

Jungkook meliriknya. “Hyung, kau kenapa? Apa kau pusing?” tanya Jungkook.

“Sedikit” jawab V.

“Sudah ke dokter?” tanya Jungkook kembali.

“Tidak perlu. Aku bukan pusing kepala. Tapi pusing karena bingung” jawabnya.

“Ada masalah apa?” tanya Jimin.

“Tidak. Bukan apa-apa”

Mobilnya tidak terasa sudah sampai di depan gerbang sekolah. Mereka bertiga pun keluar dan segera masuk ke sekolah. Saat hendak masuk, langkah V terhenti. Dia melihat ada seseorang yang keluar dari sebuah mobil yang mengantar anak itu. V sangat mengenal siapa anak itu, dan siapa lagi kalau bukan Yoo Ara.

“Jimin, Jungkook. Kalian masuk saja dulu” kata V. Jimin dan Jungkook hanya mengangguk, lalu memasuki sekolah.

Yoo Ara berjalan pelan ke arah gedung sekolah, setelah mobil ibunya meluncur. Langkahnya terhenti. Berjarak agak jauh darinya, telah berdiri V di depan gerbang. Dia tahu, V pasti akan menghadangnya. Mereka bertatapan cukup lama. Tapi setelah itu Yoo Ara kembali melangkah melewati V. V langsung menahan lengan Yoo Ara.

“Yoo Ara, kumohon. Bantu aku” kata V.

“Apa kemarin kurang jelas? Aku tidak mau!” jawab Yoo Ara.

“Aku sangat bergantung padamu” sahut V. Tiba-tiba saja ada yang memanggil V. Dia Yooyoung. Dia melambaikan tangannya ke arah V lalu langsung menghampirinya.

“Yoo Ara, aku sangat membutuhkanmu” kata V, sebelum Yooyoung sampai. Dan ketika Yooyoung sampai, dia memandang Yoo Ara dengan tatapan yang menjengkelkan, yang selalu Yooyoung perlihatkan ketika bertemu dengan Yoo Ara

“Maaf, aku harus pergi sekarang” kata Yoo Ara, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Sekali lagi, V hanya memandang punggung gadis itu sampai benar-benar menghilang dari pandangannya. Lalu setelah itu, pergi dengan Yooyoung.


***


Yoo Ara duduk melamun di kelas. Sejak beberapa hari setelah pertemuannya dengan V, sampai sekarang, dia masih memikirkannya. Permintaan V selalu saja membebani pikirannya, membuatnya sulit berfikir jernih. Jungkook, yang duduk di depannya, menoleh dan mendapati Yoo Ara yang sedang asik melamun. Bahkan, jungkook melambai-lambaikan tangannya di depan Yoo Ara, Yoo Ara sama sekali tidak sadar. Jungkook pun berniat mengagetkannya.

“Woy!” teriak Jungkook.

“Jungkook! Kau kurang kerjaan ya? Sampai harus mengagetkan orang seperti itu?” katanya dengan kesal.

“Kau yang kurang kerjaan! Siang bolong begini malah melamun. Ada masalah apa?” tanya Jungkook.

“Masalah?” Yoo Ara berbalik bertanya.

“Iya, masalah. Biasanya kalau orang melamun itu, pasti ada masalah. Coba ceritakan padaku” jawab Jungkook.

“Jungkook, aku ingin minta pendapatmu” kata Yoo Ara.

“Pendapan apa?” tanya Jungkook.

“Aku punya seorang teman. Dan temanku itu sedang memiliki suatu masalah. Katanya, dia sangat membutuhkanku untuk menyelesaikan masalahnya. Dia juga sangat bergantung sekali denganku. Anak itu sangan memerlukan bantuanku. Menurutmu, aku harus bagaimana?” tanya Yoo Ara.

Jungkook pun langsung mwnjawab. “Ya, kau harus membantunya. Apalagi, kalau bersangkutan dengan batinnya”

“Maksudmu?”

“Bagaimana kalau dia sampai jadi gila, stres, karena terus menerus memikirkan masalahnya” jelas Jungkook. “Dan, kau... kaulah yang harus disalahkan”

Yoo Ara begitu terkejut mendengarnya. “Ya! Kau ini! Kenapa harus aku yang disalahkan?!” bentak Yoo Ara.


“Ya karena kau salah! Peranmu disini sangat penting. Dan kalau sampai kau tidak membantunya, lalu dia jadi gila, kau yang disalahkan” kata Jungkook. Yoo Ara membayangkan perkataan Jungkook barusan. Imajinasinya mulai berkeliaran kesana kemari. Dia membayangkan, kalau saja nanti V jadi gila karena terus dikejar Yooyoung, dan frustasi karena tidak ada yang dia percaya untuk bekerja sama dengannya. Apalagi, dia kan seorang artis. Bagaimana dengan reputasinya sebagai superstar? V akan hancur begitu saja.

Dan aku... Aku akan merasa sangat bersalah padanya.

Yoo Ara semakin membayangkan kedepannya seterusnya. Dia semakin ngeri saja membayangkannya. Akhirnya Yoo Ara pun mengakhiri imajinasinya yang mengerikan itu. Dia tersentak, dan berdiri dari kursinya.

“Jungkook, terima kasih atas saranmu. Aku pergi dulu” kata Yoo Ara, dan langsung keluar dari kelasnya, meninggalkan Jungkook yang masih bingung dengan sikap Yoo Ara.

Yoo Ara langsung mencari-cari V ke seluruh penjuru sekolah. Tempat pertama yang ia tuju adalah kelas Yooyoung. Yoo Ara melihat dari luar, tapi tidak ada V di dalam. Dia pun langsung beranjak ke tempat latihan Taekwondo. Disana juga kosong, tidak ada siapapun. Dia menuju perpustakaan, tapi tidak juga menemukan V di tempat itu.

“Pasti di kantin” gumamnya. Yoo Ara pun langsung menuju ke kantin.

Benar saja. V dan Yooyoung memang di sana, mungkin sejak tadi. V duduk di depan Yooyoung, dan dia terlihat frustasi, yang membuat Yoo Ara semakin khawatir. Bagaimana kalau sebentar lagi dia jadi gila? Tidak pernah terfikirkan oleh Yoo Ara. Dan tanpa pikir panjang, dan tanpa mempedulikan sekitarnya, Yoo Ara langsung menghampiri V dan duduk di sampingnya.

V, yang merasa ada seseorang di sampingnya, langsung menoleh. Dan betapa kagetnya dia, setelah tahu kalau orang itu adalah Yoo Ara.

“Yoo Ara?” sahut V.

“Sedang apa kau disini?” tanya Yooyoung, yang juga terkejut dengan kedatangan Yoo Ara.

Yoo Ara tidak menjawabnya. Tapi dia malah menatap V dan berkata, “Baiklah, aku mau membantumu” kata Yoo Ara. Awalnya V bingung. Tapi itu tidak lama. Dia pun mengerti dengan perkataan Yoo Ara.

“Benarkah? Kau benar menerimanya?” tanya V, memastikan.

“Ini karena aku takut kau jadi gila” jawab Yoo Ara. “Jadi aku mau membantumu”

Yooyoung tiba-tiba memotong. “Apa sebenarnya ini? Dan, apa maksudnya menerima dan membantu?” tanya Yooyoung. “Apa yang sedang terjadi?”

“Tidak ada” jawab V. “Aku harus pergi dulu dengan ... Yeojachinguku” kata V, yang seakan sulit untuk berkata “Yeojachingu”.

Dan setelah bicara seperti itu, dia menarik tangan Yoo Ara dan segera pergi dari kantin. Yooyoung yang sangat terkejut mendengarnya, pasti tidak akan tinggal diam dan membiarkan mereka pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan sedikitpun padanya.

“Tunggu dulu!” teriaknya, sambil menahan lengan V.

V menoleh. “Ada apa, Yooyoung?” tanya V.

“Apa maksudnya ini? Apa maksudnya dengan yeojachingu?” tanya Yooyoung. Tapi dia tidak menatap V. Dia malah menatap tajam ke arah Yoo Ara.

“Sudah kubilang, aku harus pergi dengan yeojachinguku, sekarang” jawab V. Dia hendak berbalik, tapi Yooyoung kembali menahan lengannya.

“Apa katamu? Yeojachingu? Dia yeojachingumu?!” tanya Yooyoung, sedikit berteriak sambil menunju-nunjuk Yoo Ara. Dan semua orang yang mendengar perkataan Yooyoung pun menoleh. Sekarang ini, ketiga anak itu jadi pusat perhatian. Ditengah keramaian kantin, semuanya langsung terdiam seketika.

“Berikan penjelasan dulu padaku! Apa dia Yeojachingumu?!” Yooyoung kembali berteriak.

“Apa kau kurang jelas? Kami pacaran, dan dia adalah kekasihku! Kau puas?” jawab V dengan kasar.

Ketika beberapa saat suasana di kantin sunyi, sekarang kembali menjadi gaduh. Kali ini karena semua orang kaget mendengar perkataan sang superstar ini. Beberapa anak terlihat saling berbisik sambil menunjuk-nunjuk V dan Yoo Ara. Tapi V tetap tidak peduli. Memang itu yang dia inginkan. Hubungannya dengan Yoo Ara harus seheboh mungkin, meskipun hanya status palsu. Dia berharap ini akan membuat Yooyoung tahu diri.

“Aku tidak percaya. Kau bohong!” kata Yooyoung.

“Kau harus percaya! Yoo Ara, kataka kalau kau itu adalah pacarku. Dan kalian, akan jadi saksinya” perintah V.

“Ayo katakanlah!” perintah V lagi.

“Iy.. Iya, aku kekasihnya” kata Yoo Ara.

Lagi-lagi, semua anak saling berbisik, membicarakan V dan Yoo Ara. Sedangkan Yooyoung, dia tidak pernah habis pikir. Bagaimana mereka bisa pacaran? Itulah pertanyaan yang ada dalam benajnya.

“Bagaimana, ini.. bisa terjadi” kata Yooyoung.

“Apa kau masih kurang yakin?” tanya V, lalu menatap Yooyoung. Tatapan Yooyoung seakan ingin lebih mengetahui tentang penjelasannya.

“Baiklah, aku akan membiktikannya lagi padamu” kata V, lalu berbalik menatap Yoo Ara. Dan..

V langsung saja mencium pipi Yoo Ara didepan semua anak. Tentu saja semuanya sangat terkejut, termasuk Yoo Ara sendiri. Wajah Yoo Ara terlihat memerah karena amat malu. V tahu, dia pun langsung membawa Yoo Ara keluar dari kantin. Yooyoung, yang melihat kejadian itu, tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak bisa berkata lagi. Tangan dan kakinya seakan diborgol. Dia tidak bisa melangkahkan kakinya selanglahpun. Dia hanya bisa menelan ludah dan menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia tidak ingin menangis di tempat seperti ini.


***


Yoo Ara dan V tiba di tempat latihan Taekwondo. Dan sesampainya disana, Yoo Ara langsung menghentakkan tangannya dan mendorong V dengan kuat.

“Ya! Kenapa?” teriak V, ketika terdorong beberapa langkah ke belakang.

“Kenapa tadi kau menciumku?!” tanya Yoo Ara.

“Apa kau tidak dengan alasannya? Aku berusaha meyakinkan mereka” jawab V. Yoo Ara hendak menjawab lagi, tapi kemudian ponselnya berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Dia segera mengambil ponselnya di saku seragamnya. Beberapa detik, Yoo Ara tidak mengangkatnya. Dia hanya memandangnya saja.

“Siapa?” tanya V. Yoo Ara belum menjawab. V akhirnya melongok ke ponsel Yoo Ara, dan mendapati nama Jin disana.

“Jangan diangkat” kata V. Yoo Ara tidak menjawab lagi. Dia menatap V.

“Kumohon jangan diangkat” katanya lagi.

“Aku harus mengangkatnya” sahut Yoo Ara. V langsung menhan tangan Yoo Ara.

“Yoo Ara..”

“Kenapa melarangku? Kau itu bukan siapa-siapaku. Kau tidak punya hak untuk..” kata Yoo Ara, tapi V langsung menyelanya.

“Tapi aku Namjachingumu” potong V.

“Apa? Apa aku tidak salah dengar? Kau tidak ingat kalau status kita hanya palsu? Kau lupa hal itu?” tanya Yoo Ara dengan ketus.

“Aku tidak mau siapapun tahu tentang hal ini” jawab V, tanpa melihat Yoo Ara. “Termasuk Jin” tambahnya.

Yoo Ara diam. Dia tidak menjawabnya lagi. Jantungnya jadi semakin berdebar kencang, ketika sedekat ini dengan V. Dia tahu, sejak awal dia memang sangat menyukai V, sebagai seorang idola. Tapi sekarang, dia tidak menyangka kalau harus menjalani kisah seperti ini, sebagai kekasih palsu V. Idolanya sendiri.

Aku tahu... Aku tidak mau Jin tahu, karena aku tahu, kalau dia menyukaimu. Dan karena aku takut kehilanganmu. Aku menyukaimu, Yoo Ara...


***


“Kenapa tidak diangkat?” keluh Jin. Dia menggerutu kesal di dalam kelasnya. Dari tadi Jin menelfon Yoo Ara, tapi tidak diangkat. Padahal, dia ingin mengajak Yoo Ara ke suatu tempat. Pikirnya, ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan semua pada gadis itu. Tentang perasaannya pada Yoo Ara.

Ketika Jin akan menelfon Yoo Ara kembali, dia melihat Rapmon dan Suga memasuki kelas dan terlihat terburu-buru. Raut muka mereka seperti akan menjelaskan sesuatu yang sangat penting.

“Hyung” panggil Rapmon.

“Ada berita untukmu” kata Suga.

Jin memalingkan pandangannya dari ponsel, ke arah Suga dan Rapmon, yang semakin mendekat. “Ada apa?” tanya Jin. Suga dan Rapmon langsung mengambil kursi dan duduk didekat Jin.

“Hyung, kau sudah dengar beritanya?” tanya Rapmon

“Berita apa?” tanya Jin balik.

Suga langsung menjawab. “Kau tahu, V dan Yoo Ara, mereka bersama” jelasnya.

Jin tersentak. “Apa?! Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya Jin. Pertanyaan yang sama seperti pertanyaan Yooyoung pada V tadi.

“V tidak menjelaskannya. Tapi sepertinya mereka benar-benar bersama, Hyung” kata Rapmon.

“Kalian tahu dari mana?” tanya Jin kembali.

“Kami semua menyaksikannya. Dia bahkan yang bilang sendiri. Dan bukan hany aku dan Rapmon saja, tapi semua orang yang ada di kantin” jawab Suga.

“Bahkan dia sampai mencium pipi Yoo Ara” sambung Rapmon, yang sukses membuat Jin terbangun dari kursinya.

“Apakah dia sudah gila, melakukan hal seperti itu di tempat umum?!” protes Jin. Dan setelah itu, Jin langsung keluar dari kelasnya meninggalkan Suga dan Rapmon di dalam.


***


V dan Yoo Ara masih saja berdiri berhadapan, tapi tidak ada yang saling menatap satu sama lain.

“Jangan sampai ada yang tahu kalau status kita hanya palsu. Termasuk orang tua kita sendiri” V mulai membuka suaranya.

Yoo Ara hanya menatap V.

“Kau mengerti?” tanya V. Lagi lagi Yoo Ara tidak bersuara. Dia hanya mengangguk mengerti, lalu pergi dari hadapan V. Dan V, juga hanya mengikuti di belakang Yoo Ara.

“Yoo Ara!” panggil seseorang dari belakang.

Mata V terbelalak, dia sangat mengenal suara itu. Dia tahu, pasti suara itu adalah milik Jin. Dan ketika Yoo Ara menoleh ke belakang, V lengsung maju sejajar dengan Yoo Ara dan langsung meraih tangan Yoo Ara.

“Eh..” Yoo Ara sontak kaget, ketika V menggandenga tangannya secara tiba-tiba.

“Diamlah! Jangan pernah mencoba untuk melepas genggama tanganku” V mengancam lirih. Yoo Ara pun menurut.

Jin berjalan mendekati Yoo Ara dengan tatapan tajam ke arah V. Dia melihat mereka yang saling berpegangan tangan dan sangat dekat. Firasatnya mengatakan mereka berdua tidak mungkin bersama secara begitu saja. Jin melihat sekelebat tatapan mata Yoo Ara, dan raut mukanya yang seperti dipaksakan atau terpaksa. Jin semakin menguatkan pendapatnya.

Tidak mungkin secepat itu. Pikirnya.

V semakin mempererat menggenggam jemari Yoo Ara, saat Jin telah sampai di depan mereka. “Ada apa?” tanya V.

“Aku tidak ada urusan denganmu. Tapi dengan Yoo Ara” jawab Jin.

“Tidak bisa” kata V sambil menyingkirkan tangan Jin yang hampir meraih tangan Yoo Ara.

“Diamlah!” bentak Jin pada V. “Yoo Ara, aku harus bicara denganmu” ujar Jin.

V kembali menyingkirkan tangan Jin yang hendak meraih tangan Yoo Ara. “Tidak bisa. Aku namjachingunya” sahut V.

“Aku bilang diam! Aku tidak bicara denganmu!” kata Jin lagi dengan kasar, lalu dia langsung meraih tangan Yoo Ara dan menggenggamnya dengan erat.

“Ikutlah denganku. Kumohon” ujar Jin dengan tatapan seriusnya.

“Lepaskan dia” perintah V, tapi Jin tidak mendengarkannya. Dia malah semakin erat menggenggam tangan Yoo Ara, mereka berdua bertatapan.

“Aku...” mulut Yoo Ara seakan sulit untuk mengucap kata ‘tidak’.

Dia tahu, disini dia harus lebih menurut pada V. Dia sudah mulai memahami permintaan V. Tapi dia juga tidk bisa membohongi perasaannya sendiri. Sekarang dia menyukai dua orang. Dia juga menyukai Jin, sejak mereka dekat beberapa waktu yanng lalu. Tidak hanya wajahnya yang tampan. Tapi dia sebenarnya adalah orang yang hangat. Yoo Ara juga tahu kalau Jin menyukainya. Dia mengerti sikap-sikap Jin padanya beberapa saat yang lalu, nampak berbeda dari biasanya.

Tapi disisi lain, Yoo Ara juga sangat menyukai V, jauh sebelum dia mengenal Jin lebih dekat, walau hanya sebagai tokoh idola. Tapi Yoo Ara benar-benar menyukai V, sejak pertemuan mereka yang pertama kalinya, saat V menyelamatkan Yoo Ara dari para orang tak dikenal.

Flashback...
Yoo Ara sedari tadi berada di luar sekolah, menunggu jemputa ibunya. Tapi sudah lama, dia tidak melihat mobilnya. Yoo Ara putuskan untuk berjalan pelan menjauhi sekolah, siapa tahu dijalan dia bertemu dengan ibunya.

Tapi tetap saja. Dia sudah berjalan cukup jauh dari sekolah, tetap tidak ada yang menjemputnya. Sesekali dia berfikiran, mungkin ibunya sedang sibuk di restoran karena ramai pengunjung. Sesaat kemudian, dia putuskan untuk menelfon ibunya. Tapi percuma, yang ia dengar hanyalah suara operator.

“Silakan tinggalkan pesan setelah bunyi Tuuutt...”.

Yoo Ara telihat putus asa. “Sudah kuduga, pasti dia sedang sibuk” gumamnya sambil menghela nafas panjang.

Dia kembali memasukkan ponselnya ke saku serangamnya, dan memilih untuk jalan kaki, mencari halte di sekitar sekolahnya. Dia terus berjalan, tapi entah kenapa dia malah membelok ke arah yang salah. Pikirannya memang sedang kacau, ditambah dia memang tidak hafal jalan pulang ke rumah, karena sudah lama sekali dia di Jepang.

Setelah beberapa saat, Yoo Ara baru menyadari kalau dia berjalan ke arah yang salah. Wajahnya seketika berubah panik. Saat dia berbalik, tiba-tiba dua orang laki-laki tak dikenal menghadanganya, yang tentu saja membuat Yoo Ara terkejut bukan main.

“Hai, agassi..” ucap seorang namja.

“Siapa kalian?” tanya Yoo Ara. Wajahnya kini berubah tegang. Dia sangat ketakutan, jantungnya berdetak kencang, tubuhnya gemetaran, dan keringat menyucur deras disana sini.

“Dari pada kau jalan sendiri, lebih baik temani kami saja” kata yang satunya lagi.

“Aku tidak ada urusan dengan kalian!” bentak Yoo Ara yang semakin terpojok.

Seorang namja, merangkul pundaknya. “Ayolah, agassi. Ini akan lebih menyenangkan jika kau ikut bersama kami” katanya.

“Aku tidak mau! Lepaskan!” teriak Yoo Ara. Dia semakin ketakutan.

Disisi lain, V berjalan di jalan yang sama. Berjalan agak jauh dari Yoo Ara, langkah V terhenti. Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari menghampiri mereka. Dia menarik bahu salah seorang pria yang merangkul bahu Yoo Ara.

Buaakk!

V melayangkan tinjunya ke wajah namja itu dengan keras, hingga jatuh tersungkur di tanah. Temannya terkejut melihat hal itu. Setelah namja yang jatuh itu bangkit, kedua berandalan itu dengan brutal melayangkan tinjunya ke arah V, dan V berhasil menangkisnya. Berkali-kali berandalan itu melayangkan pukulan, berkali-kali pula, V berhasil menangkisnya. Dua lawan satu, tetap saja V terpojok. Seorang namja berhasil memiting lengan V dari belakang, dan yang satunya sudah bersiap untuk menghabisi V.

Sekarang, V bersiap mengeluarkan jurus Taekwondo-nya. Dengan sugap, dia berhasil menendang namja di belakanganya, dan setelah lepas dia langsung menendang perut namja di depannya sampai jatuh dan terbatuk-batuk. Dan sekarang, giliran V yang melayangakan tinjunya berkali-kali, menendang mereka dengan keras. Akhirnya, kedua berandalan itu pun berlari ketakutan sambil terpincang pincang, memegangi perut mereka yang berkali-kali terkena tendangan dan pukulan dari V.

Setelah berandalan itu menghilang, V langsung menghampiri Yoo Ara yang berjongkok ketakutan sambil memegangi kepalanya. V melihat, gadis itu memakai seragam yang sama dengannya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya V, sambil membantu Yoo Ara berdiri.

“Disini memang rawan kejahatan” ujar V, seakan sudah sering lewat jalan ini ratusan kali.

“Kamsahamnida” ucap Yoo Ara. V mengangguk singkat.

“Siapa namamu?” tanya Yoo Ara.

“Maaf, aku tidak bisa menyebutkan namaku” jawabnya.

Yoo Ara menatapnya bingung. “Kenapa? Kita kan satu sekolah. Apa masalahnya jika aku tahu namamu?” tanya Yoo Ara “Lagipula, aku ini murid baru. Namaku Yoo Ara” katanya.

Yoo Ara? Seperti pernah dengar. Tapi siapa?. Batin V, tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu. Labih baik dia pergi sebelum masalahnya bertambah panjang. Yoo Ara semakin bingung dengan sikap V. Padahal dia hanya ingin berkenalan dengan siswa MyungDong juga. Dia akhirnya mengikuti V.

“Kau ini kenapa? Padahal aku kan hanya ingin tahu namamu” ujar Yoo Ara sambil terus mengikuti V.

Kali ini V jadi kesal karena terus diikuti Yoo Ara. “Apa kau tidak bisa diam dan berhenti mengikutiku?”

“Aku hanya ingin tahu namamu. Itu saja” jawabnya.

“Aku kan sudah bilang, tidak bisa menyebutkannya” bantah V sambil terus berjalan.

“Memang kenapa?” tanya Yoo Ara.

Anak ini benar-benar.., batin V, kesal. Dia pun menghentikan langkahnya.

“Kau ini cerewet sekali!”

“Aku hanya ingin berkenalan. Memang kenapa jika aku berteman denganmu?” tanya Yoo Ara yang juga sudah kesal.

V langsung menjawab. “Aku tidak mau punya teman sepertimu!”

Yoo Ara mendengus kesal. “Kenapa?”

“Karena kau tidak bisa berhenti mengikutiku. Aku tidak mau dan tidak suka jika terus diikuti oleh arang yang tidak kukenal” jawab V.

“Nah, maka dari itu aku ingin berkenalan denganmu. Dan sekarang, aku ingin tahu namamu” sahut Yoo Ara, yang semakin mendesak V. “Kalau kau tidak juga menyebutkan namamu, aku akan terus mengikutimu” ancamnya.

“Coba saja” jawab V dengan santai, lalu kembali melangkah. Dia tahu, tempat dimana dia bisa membuat anak ini berhenti mengikutinya. Dan Yoo Ara pun masih terus mengikuti V. Dia memang sengaja mengikuti V karena memang dia tidak tahu jalan.

“Ya! Kau ini keras kepala sekali. Aku hanya ingin tahu namamu!” bentak Yoo Ara yang semakin tidak sabar, dan semakin merasa bosan. Sedari tadi ia juga hanya mengikuti V yang entah ingin membawanya pergi kemana.

“Sudah kubilang, aku tidak ingin menyebutkan namaku. Lebih baik kau berhenti mengikutiku dan pulanglah!” perintah V, sambil terus melangkah.

“Ya! Berhenti! Ya!” teriak Yoo Ara, tapi V tetap saja terus melangkah tanpa menghiraukan gadis di belakangnya. Lama kelamaan, kekesalan Yoo Ara semakin menambah. Dia melepas sebelah sepatunya dan melayangkan sepatunya.

Bugh!

“Kyaa!” teriak V, kemudian dia berbalik. “Ya! Apa yang kau lakukan”

Yoo Ara mengambil sepatunya, lalu mendekati V.  “Tidak masalah. Aku juga tidak mau punya teman keras kepala sepertimu!” katanya, dan setelah memakai sebelah sepatunya, dia berjalan mendahului V.

Baru saja empat langkah ia berjalan, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, kemudian berbalik. Ada sesuatu yang sedang ia pikirkan, dan kambali melangkah mendekati V.

Aneh.. sepertinya aku mengenal orang ini. Batin Yoo Ara.

“Ada apa denganmu? Bukannya kau bilang tidak masalah? Kenapa berbalik?” tanya V.

Tanpa menjawab pertanyaan V, seketika tangan Yoo Ara bergerak dam dengan cepat meraih topi, kacamata, serta penutup mulut yang dipakai V. Entah kenapa tiba-tiba dia melakukannya. Dan betapa kagetnya V melihat yang dilakukan Yoo Ara padanya.

“K..kau..” mata Yoo Ara terbelalak lebar, dia tidak percaya dengan orang yang ada di depannya.

“Ya! Kau.. V!” teriak Yoo Ara, yang membuat V tersentak dan langsung membungkam mulut Yoo Ara.

Semua orang dijalan menoleh ke Yoo Ara, dan sekarang kedua anak itu jadi pusat perhatian. Tidak tahu apa yang harus dilakukan V, sekarang dia hanya bisa pasrah karena penyamarannya telah terbongkar.

“Haiish... tamatlah riwayatku..” ujar V dengan wajahnya yang terlihat putus asa.

“Huwaa!! Ya! Dia V!” teriak seseorang, dan mengejutkan semuanya.

Tidak ada yang bisa Yoo Ara lakukan selain pasrah melihat idolanya itu dikepung banyak orang. Dia jadi merasa bersalah, dan V pasti sangat marah padanya sekarang.

Ending of flashback.


Yoo Ara masih ingat saat-saat menegangkan itu. Saat dia merasa bersalah, saat dia hanya bisa diam melihat V yang kebingungan. Dan saat itulah mereka berdua saling mengenal.

“Aku.. Maaf, aku tidak bisa. Aku harus pergi sekarang” kata Yoo Ara singkat, lalu melepaskan genggaman tanga Jin dan pergi dari hadapannya.

“Kau lihat sendiri kan?” tanya V. “Siapa yang diikuti dan siapa yang mengikuti” katanya dengan nada bicaranya yang dingin. Jin menatap tajam ke arah V, tapi dia sama sekali tidak bersuara.

V kembali bersuara. “Aku yang lebih dulu mendaptkannya. Berarti kau yang mengikutiku” setelah berkata seperti itu, V berbalik dan meninggalkan Jin begitu saja.[TBC]



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS