Tittle: Miracle
|| Author: Jeon JR
Genre: Romance ||
Leght: Chaptered || Rating: G
Main Cast: V BTS,
Jin BTS, Yoo Ara
|| Other Cast: Yooyoung (HV), All Member BTS
방탄소년단
Chapter 3
--Bus akhirnya berhenti berjalan, dan mereka berdua
turun di halte dekat restoran milik Yoo Ara. Lagi-lagi mereka membisu. Yoo Ara
kembali berjalan mendahului V.
“Yoo Ara” panggil V. Yoo Ara berhenti melangkah,
tapi dia tidak menoleh ke belakangnya, untuk melihat lawan bicaranya, seakan
sudah tahu apa yang akan dikatakan V padanya.
“Aku mohon, bantu aku. Aku sudah lelah dengan ini
semua” kata V. Yoo Ara jadi semakin kesal. Dia kembali melangkah, tanpa
menghiraukan V yang berulangkali memanggil nama Yoo Ara.--
***
Jin terjaga, dia baru saja tersadar dari mimpinya.
Jin memimpikan kejadian itu. Kejadian dua tahu yang lalu, di depan ruang kepala
sekolah. Perkataan Kang Hyun Jae, masih terngiang jelas di telinganya, sampai
sekarang. Jin menoleh ke arah jam dinding di kamarnya.
“Jam dua belas malam” gumamnya.
Dia kembali teringat perkataan Kang Hyun Jae dalam
mimpinya...
“Bagaimana kalau
kita ajukan V saja?”
“Dia kan artis
yang sedang naik daun”.
“Bayangkan saja.
Kalau dia yang mengikuti lomba, sekolah kita akan semakin terkenal. V akan
membawa nama baik sekolah kita”.
“Alaah.. jin itu
tidak ada apa-apanya dengan V. Dia tidak akan mampu membawa nama baik sekolah”.
“Dia hanya anak
yang biasa-biasa saja. Tidak punya apapun untuk dibanggakan”.
“Kalaupun dia
menang, tidak akan membawa pengaruh besar bagi sekolah ini”.
“Dia tidak punya
peran penting di sekolah. Tapi kalau V, dia kan seorang superstar. Biarpun
kalah, dia akan tetap bisa membawa nama baik sekolah”
“Jin itu, bukan
siapa-siapa. Dia itu tidak berguna”.
Jin menutup mata, dan telinganya. Dia sudah tidak
mau membayangkan kejadian itu lagi. Membayangkannya membuat kepalanya terasa
sakit. Jin mendengar semuanya, yang dikatakan guru Kang pada ketua JungWoo. Dia
tidak terima jika terus dijelek-jelekan seperti itu. Jin jelas merasa,
dirinyalah yang lebih baik, meskipun dia bukan seorang superstar.
Dia kemudian melangkah keluar dari kamarnya, menuju
ke sebuah ruangan kosong di pojok rumah besarnya. Dia membuka pintu gudang itu.
Gelap. Jin segera menyalakan lampu. Terllihat, dirinya sedang mengambil
beberapa kardus yang tertutup rapi. Satu per satu ia turunkan kardus-kardus itu
ke lantai.
Diambilnya kardus yang terletak paling bawah. Jin
mengeluarkan semua isinya. Hampir semuanya adalah mainannya sewaktu kecil. Tapi
dia bukanlah mencari mainan. Tangannya meraih sebuah boneka yang sangat ia
sukai. Boneka Mario.Dia membersihkannya dari debu, lalu membawanya keluar dari
dalam gudang.
Dia kembali berjalan memasuki kamarnya. Dipandangnya
lama boneka itu. Boneka pemberian V saat ulang tahunny dulu. Inilah hadiah
pertama V dan satu-satunya untuk Jin. Jin memandang lekat-lekat boneka itu. Dan
entah kenapa, tiba-tiba saja dia melemparnya ke sudut ruangan. Dia kembali
merasa sangat marah. Perasaanya ketika pertama berkelahi dengan V, tiba-tiba
saja muncul kembali.
“Anggap saja pukulanku tadi siang itu, adalah
balasan dari pukulanmu yang pertama kau berikan padaku” ucap Jin.
***
Di dalam mobil itu, terlihat biasa saja. Tidak ada
yang berubah. Sekarang, V, Jungkook, Jimin, lebih sering berangkat sekolah
diantar oleh sopir, semenjak J-hope ke Jepang. Jungkook, hanya duduk di samping
Jimin, sedang asik memainkan ponselnya. Jimin, sedang asik selca sendiri dengan
kamera paraloidnya. Maklum saja. Artis baru ini memang sangat hobi berfoto.
Sedangkan anak yang satu ini, hanya melamun di
samping sopir. V tidak ada habisnya memikirkan gadis bernama Yoo Ara yang
semalam jalan dengannya. V masih saja memikirkan cara agar Yoo Ara mau bekerja
sama dengannya. Jarinya terlihat sedang memijit-mijit dahinya, seakan sedang
pusing.
Jungkook meliriknya. “Hyung, kau kenapa? Apa kau
pusing?” tanya Jungkook.
“Sedikit” jawab V.
“Sudah ke dokter?” tanya Jungkook kembali.
“Tidak perlu. Aku bukan pusing kepala. Tapi pusing
karena bingung” jawabnya.
“Ada masalah apa?” tanya Jimin.
“Tidak. Bukan apa-apa”
Mobilnya tidak terasa sudah sampai di depan gerbang
sekolah. Mereka bertiga pun keluar dan segera masuk ke sekolah. Saat hendak
masuk, langkah V terhenti. Dia melihat ada seseorang yang keluar dari sebuah
mobil yang mengantar anak itu. V sangat mengenal siapa anak itu, dan siapa lagi
kalau bukan Yoo Ara.
“Jimin, Jungkook. Kalian masuk saja dulu” kata V.
Jimin dan Jungkook hanya mengangguk, lalu memasuki sekolah.
Yoo Ara berjalan pelan ke arah gedung sekolah,
setelah mobil ibunya meluncur. Langkahnya terhenti. Berjarak agak jauh darinya,
telah berdiri V di depan gerbang. Dia tahu, V pasti akan menghadangnya. Mereka
bertatapan cukup lama. Tapi setelah itu Yoo Ara kembali melangkah melewati V. V
langsung menahan lengan Yoo Ara.
“Yoo Ara, kumohon. Bantu aku” kata V.
“Apa kemarin kurang jelas? Aku tidak mau!” jawab Yoo
Ara.
“Aku sangat bergantung padamu” sahut V. Tiba-tiba
saja ada yang memanggil V. Dia Yooyoung. Dia melambaikan tangannya ke arah V
lalu langsung menghampirinya.
“Yoo Ara, aku sangat membutuhkanmu” kata V, sebelum Yooyoung
sampai. Dan ketika Yooyoung sampai, dia memandang Yoo Ara dengan tatapan yang
menjengkelkan, yang selalu Yooyoung perlihatkan ketika bertemu dengan Yoo Ara
“Maaf, aku harus pergi sekarang” kata Yoo Ara, lalu
pergi meninggalkan mereka berdua. Sekali lagi, V hanya memandang punggung gadis
itu sampai benar-benar menghilang dari pandangannya. Lalu setelah itu, pergi
dengan Yooyoung.
***
Yoo Ara duduk melamun di kelas. Sejak beberapa hari
setelah pertemuannya dengan V, sampai sekarang, dia masih memikirkannya.
Permintaan V selalu saja membebani pikirannya, membuatnya sulit berfikir
jernih. Jungkook, yang duduk di depannya, menoleh dan mendapati Yoo Ara yang
sedang asik melamun. Bahkan, jungkook melambai-lambaikan tangannya di depan Yoo
Ara, Yoo Ara sama sekali tidak sadar. Jungkook pun berniat mengagetkannya.
“Woy!” teriak Jungkook.
“Jungkook! Kau kurang kerjaan ya? Sampai harus
mengagetkan orang seperti itu?” katanya dengan kesal.
“Kau yang kurang kerjaan! Siang bolong begini malah
melamun. Ada masalah apa?” tanya Jungkook.
“Masalah?” Yoo Ara berbalik bertanya.
“Iya, masalah. Biasanya kalau orang melamun itu,
pasti ada masalah. Coba ceritakan padaku” jawab Jungkook.
“Jungkook, aku ingin minta pendapatmu” kata Yoo Ara.
“Pendapan apa?” tanya Jungkook.
“Aku punya seorang teman. Dan temanku itu sedang
memiliki suatu masalah. Katanya, dia sangat membutuhkanku untuk menyelesaikan
masalahnya. Dia juga sangat bergantung sekali denganku. Anak itu sangan
memerlukan bantuanku. Menurutmu, aku harus bagaimana?” tanya Yoo Ara.
Jungkook pun langsung mwnjawab. “Ya, kau harus
membantunya. Apalagi, kalau bersangkutan dengan batinnya”
“Maksudmu?”
“Bagaimana kalau dia sampai jadi gila, stres, karena
terus menerus memikirkan masalahnya” jelas Jungkook. “Dan, kau... kaulah yang
harus disalahkan”
Yoo Ara begitu terkejut mendengarnya. “Ya! Kau ini!
Kenapa harus aku yang disalahkan?!” bentak Yoo Ara.
“Ya karena kau salah! Peranmu disini sangat penting.
Dan kalau sampai kau tidak membantunya, lalu dia jadi gila, kau yang disalahkan”
kata Jungkook. Yoo Ara membayangkan perkataan Jungkook barusan. Imajinasinya
mulai berkeliaran kesana kemari. Dia membayangkan, kalau saja nanti V jadi gila
karena terus dikejar Yooyoung, dan frustasi karena tidak ada yang dia percaya
untuk bekerja sama dengannya. Apalagi, dia kan seorang artis. Bagaimana dengan
reputasinya sebagai superstar? V akan hancur begitu saja.
Dan aku... Aku
akan merasa sangat bersalah padanya.
Yoo Ara semakin membayangkan kedepannya seterusnya.
Dia semakin ngeri saja membayangkannya. Akhirnya Yoo Ara pun mengakhiri
imajinasinya yang mengerikan itu. Dia tersentak, dan berdiri dari kursinya.
“Jungkook, terima kasih atas saranmu. Aku pergi dulu”
kata Yoo Ara, dan langsung keluar dari kelasnya, meninggalkan Jungkook yang
masih bingung dengan sikap Yoo Ara.
Yoo Ara langsung mencari-cari V ke seluruh penjuru
sekolah. Tempat pertama yang ia tuju adalah kelas Yooyoung. Yoo Ara melihat
dari luar, tapi tidak ada V di dalam. Dia pun langsung beranjak ke tempat
latihan Taekwondo. Disana juga kosong, tidak ada siapapun. Dia menuju
perpustakaan, tapi tidak juga menemukan V di tempat itu.
“Pasti di kantin” gumamnya. Yoo Ara pun langsung
menuju ke kantin.
Benar saja. V dan Yooyoung memang di sana, mungkin
sejak tadi. V duduk di depan Yooyoung, dan dia terlihat frustasi, yang membuat
Yoo Ara semakin khawatir. Bagaimana kalau sebentar lagi dia jadi gila? Tidak
pernah terfikirkan oleh Yoo Ara. Dan tanpa pikir panjang, dan tanpa
mempedulikan sekitarnya, Yoo Ara langsung menghampiri V dan duduk di sampingnya.
V, yang merasa ada seseorang di sampingnya, langsung
menoleh. Dan betapa kagetnya dia, setelah tahu kalau orang itu adalah Yoo Ara.
“Yoo Ara?” sahut V.
“Sedang apa kau disini?” tanya Yooyoung, yang juga
terkejut dengan kedatangan Yoo Ara.
Yoo Ara tidak menjawabnya. Tapi dia malah menatap V
dan berkata, “Baiklah, aku mau membantumu” kata Yoo Ara. Awalnya V bingung.
Tapi itu tidak lama. Dia pun mengerti dengan perkataan Yoo Ara.
“Benarkah? Kau benar menerimanya?” tanya V,
memastikan.
“Ini karena aku takut kau jadi gila” jawab Yoo Ara.
“Jadi aku mau membantumu”
Yooyoung tiba-tiba memotong. “Apa sebenarnya ini?
Dan, apa maksudnya menerima dan membantu?” tanya Yooyoung. “Apa yang sedang
terjadi?”
“Tidak ada” jawab V. “Aku harus pergi dulu dengan
... Yeojachinguku” kata V, yang seakan sulit untuk berkata “Yeojachingu”.
Dan setelah bicara seperti itu, dia menarik tangan
Yoo Ara dan segera pergi dari kantin. Yooyoung yang sangat terkejut
mendengarnya, pasti tidak akan tinggal diam dan membiarkan mereka pergi begitu
saja tanpa memberikan penjelasan sedikitpun padanya.
“Tunggu dulu!” teriaknya, sambil menahan lengan V.
V menoleh. “Ada apa, Yooyoung?” tanya V.
“Apa maksudnya ini? Apa maksudnya dengan
yeojachingu?” tanya Yooyoung. Tapi dia tidak menatap V. Dia malah menatap tajam
ke arah Yoo Ara.
“Sudah kubilang, aku harus pergi dengan
yeojachinguku, sekarang” jawab V. Dia hendak berbalik, tapi Yooyoung kembali
menahan lengannya.
“Apa katamu? Yeojachingu? Dia yeojachingumu?!” tanya
Yooyoung, sedikit berteriak sambil menunju-nunjuk Yoo Ara. Dan semua orang yang
mendengar perkataan Yooyoung pun menoleh. Sekarang ini, ketiga anak itu jadi
pusat perhatian. Ditengah keramaian kantin, semuanya langsung terdiam seketika.
“Berikan penjelasan dulu padaku! Apa dia Yeojachingumu?!”
Yooyoung kembali berteriak.
“Apa kau kurang jelas? Kami pacaran, dan dia adalah
kekasihku! Kau puas?” jawab V dengan kasar.
Ketika beberapa saat suasana di kantin sunyi,
sekarang kembali menjadi gaduh. Kali ini karena semua orang kaget mendengar
perkataan sang superstar ini. Beberapa anak terlihat saling berbisik sambil
menunjuk-nunjuk V dan Yoo Ara. Tapi V tetap tidak peduli. Memang itu yang dia
inginkan. Hubungannya dengan Yoo Ara harus seheboh mungkin, meskipun hanya
status palsu. Dia berharap ini akan membuat Yooyoung tahu diri.
“Aku tidak percaya. Kau bohong!” kata Yooyoung.
“Kau harus percaya! Yoo Ara, kataka kalau kau itu
adalah pacarku. Dan kalian, akan jadi saksinya” perintah V.
“Ayo katakanlah!” perintah V lagi.
“Iy.. Iya, aku kekasihnya” kata Yoo Ara.
Lagi-lagi, semua anak saling berbisik, membicarakan
V dan Yoo Ara. Sedangkan Yooyoung, dia tidak pernah habis pikir. Bagaimana
mereka bisa pacaran? Itulah pertanyaan yang ada dalam benajnya.
“Bagaimana, ini.. bisa terjadi” kata Yooyoung.
“Apa kau masih kurang yakin?” tanya V, lalu menatap
Yooyoung. Tatapan Yooyoung seakan ingin lebih mengetahui tentang penjelasannya.
“Baiklah, aku akan membiktikannya lagi padamu” kata
V, lalu berbalik menatap Yoo Ara. Dan..
V langsung saja mencium pipi Yoo Ara didepan semua
anak. Tentu saja semuanya sangat terkejut, termasuk Yoo Ara sendiri. Wajah Yoo
Ara terlihat memerah karena amat malu. V tahu, dia pun langsung membawa Yoo Ara
keluar dari kantin. Yooyoung, yang melihat kejadian itu, tidak bisa melakukan apapun.
Dia tidak bisa berkata lagi. Tangan dan kakinya seakan diborgol. Dia tidak bisa
melangkahkan kakinya selanglahpun. Dia hanya bisa menelan ludah dan menahan air
matanya agar tidak jatuh. Dia tidak ingin menangis di tempat seperti ini.
***
Yoo Ara dan V tiba di tempat latihan Taekwondo. Dan
sesampainya disana, Yoo Ara langsung menghentakkan tangannya dan mendorong V
dengan kuat.
“Ya! Kenapa?” teriak V, ketika terdorong beberapa
langkah ke belakang.
“Kenapa tadi kau menciumku?!” tanya Yoo Ara.
“Apa kau tidak dengan alasannya? Aku berusaha
meyakinkan mereka” jawab V. Yoo Ara hendak menjawab lagi, tapi kemudian
ponselnya berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Dia segera mengambil ponselnya
di saku seragamnya. Beberapa detik, Yoo Ara tidak mengangkatnya. Dia hanya
memandangnya saja.
“Siapa?” tanya V. Yoo Ara belum menjawab. V akhirnya
melongok ke ponsel Yoo Ara, dan mendapati nama Jin disana.
“Jangan diangkat” kata V. Yoo Ara tidak menjawab
lagi. Dia menatap V.
“Kumohon jangan diangkat” katanya lagi.
“Aku harus mengangkatnya” sahut Yoo Ara. V langsung
menhan tangan Yoo Ara.
“Yoo Ara..”
“Kenapa melarangku? Kau itu bukan siapa-siapaku. Kau
tidak punya hak untuk..” kata Yoo Ara, tapi V langsung menyelanya.
“Tapi aku Namjachingumu” potong V.
“Apa? Apa aku tidak salah dengar? Kau tidak ingat
kalau status kita hanya palsu? Kau lupa hal itu?” tanya Yoo Ara dengan ketus.
“Aku tidak mau siapapun tahu tentang hal ini” jawab
V, tanpa melihat Yoo Ara. “Termasuk Jin” tambahnya.
Yoo Ara diam. Dia tidak menjawabnya lagi. Jantungnya
jadi semakin berdebar kencang, ketika sedekat ini dengan V. Dia tahu, sejak
awal dia memang sangat menyukai V, sebagai seorang idola. Tapi sekarang, dia
tidak menyangka kalau harus menjalani kisah seperti ini, sebagai kekasih palsu
V. Idolanya sendiri.
Aku tahu... Aku
tidak mau Jin tahu, karena aku tahu, kalau dia menyukaimu. Dan karena aku takut
kehilanganmu. Aku menyukaimu, Yoo Ara...
***
“Kenapa tidak diangkat?” keluh Jin. Dia menggerutu
kesal di dalam kelasnya. Dari tadi Jin menelfon Yoo Ara, tapi tidak diangkat.
Padahal, dia ingin mengajak Yoo Ara ke suatu tempat. Pikirnya, ini adalah waktu
yang tepat untuk mengatakan semua pada gadis itu. Tentang perasaannya pada Yoo
Ara.
Ketika Jin akan menelfon Yoo Ara kembali, dia
melihat Rapmon dan Suga memasuki kelas dan terlihat terburu-buru. Raut muka
mereka seperti akan menjelaskan sesuatu yang sangat penting.
“Hyung” panggil Rapmon.
“Ada berita untukmu” kata Suga.
Jin memalingkan pandangannya dari ponsel, ke arah
Suga dan Rapmon, yang semakin mendekat. “Ada apa?” tanya Jin. Suga dan Rapmon
langsung mengambil kursi dan duduk didekat Jin.
“Hyung, kau sudah dengar beritanya?” tanya Rapmon
“Berita apa?” tanya Jin balik.
Suga langsung menjawab. “Kau tahu, V dan Yoo Ara,
mereka bersama” jelasnya.
Jin tersentak. “Apa?! Bagaimana itu bisa terjadi?”
tanya Jin. Pertanyaan yang sama seperti pertanyaan Yooyoung pada V tadi.
“V tidak menjelaskannya. Tapi sepertinya mereka
benar-benar bersama, Hyung” kata Rapmon.
“Kalian tahu dari mana?” tanya Jin kembali.
“Kami semua menyaksikannya. Dia bahkan yang bilang
sendiri. Dan bukan hany aku dan Rapmon saja, tapi semua orang yang ada di
kantin” jawab Suga.
“Bahkan dia sampai mencium pipi Yoo Ara” sambung
Rapmon, yang sukses membuat Jin terbangun dari kursinya.
“Apakah dia sudah gila, melakukan hal seperti itu di
tempat umum?!” protes Jin. Dan setelah itu, Jin langsung keluar dari kelasnya
meninggalkan Suga dan Rapmon di dalam.
***
V dan Yoo Ara masih saja berdiri berhadapan, tapi
tidak ada yang saling menatap satu sama lain.
“Jangan sampai ada yang tahu kalau status kita hanya
palsu. Termasuk orang tua kita sendiri” V mulai membuka suaranya.
Yoo Ara hanya menatap V.
“Kau mengerti?” tanya V. Lagi lagi Yoo Ara tidak
bersuara. Dia hanya mengangguk mengerti, lalu pergi dari hadapan V. Dan V, juga
hanya mengikuti di belakang Yoo Ara.
“Yoo Ara!” panggil seseorang dari belakang.
Mata V terbelalak, dia sangat mengenal suara itu.
Dia tahu, pasti suara itu adalah milik Jin. Dan ketika Yoo Ara menoleh ke
belakang, V lengsung maju sejajar dengan Yoo Ara dan langsung meraih tangan Yoo
Ara.
“Eh..” Yoo Ara sontak kaget, ketika V menggandenga
tangannya secara tiba-tiba.
“Diamlah! Jangan pernah mencoba untuk melepas
genggama tanganku” V mengancam lirih. Yoo Ara pun menurut.
Jin berjalan mendekati Yoo Ara dengan tatapan tajam
ke arah V. Dia melihat mereka yang saling berpegangan tangan dan sangat dekat.
Firasatnya mengatakan mereka berdua tidak mungkin bersama secara begitu saja.
Jin melihat sekelebat tatapan mata Yoo Ara, dan raut mukanya yang seperti
dipaksakan atau terpaksa. Jin semakin menguatkan pendapatnya.
Tidak mungkin
secepat itu.
Pikirnya.
V semakin mempererat menggenggam jemari Yoo Ara,
saat Jin telah sampai di depan mereka. “Ada apa?” tanya V.
“Aku tidak ada urusan denganmu. Tapi dengan Yoo Ara”
jawab Jin.
“Tidak bisa” kata V sambil menyingkirkan tangan Jin
yang hampir meraih tangan Yoo Ara.
“Diamlah!” bentak Jin pada V. “Yoo Ara, aku harus
bicara denganmu” ujar Jin.
V kembali menyingkirkan tangan Jin yang hendak
meraih tangan Yoo Ara. “Tidak bisa. Aku namjachingunya” sahut V.
“Aku bilang diam! Aku tidak bicara denganmu!” kata
Jin lagi dengan kasar, lalu dia langsung meraih tangan Yoo Ara dan
menggenggamnya dengan erat.
“Ikutlah denganku. Kumohon” ujar Jin dengan tatapan
seriusnya.
“Lepaskan dia” perintah V, tapi Jin tidak
mendengarkannya. Dia malah semakin erat menggenggam tangan Yoo Ara, mereka
berdua bertatapan.
“Aku...” mulut Yoo Ara seakan sulit untuk mengucap
kata ‘tidak’.
Dia tahu, disini dia harus lebih menurut pada V. Dia
sudah mulai memahami permintaan V. Tapi dia juga tidk bisa membohongi
perasaannya sendiri. Sekarang dia menyukai dua orang. Dia juga menyukai Jin,
sejak mereka dekat beberapa waktu yanng lalu. Tidak hanya wajahnya yang tampan.
Tapi dia sebenarnya adalah orang yang hangat. Yoo Ara juga tahu kalau Jin
menyukainya. Dia mengerti sikap-sikap Jin padanya beberapa saat yang lalu,
nampak berbeda dari biasanya.
Tapi disisi lain, Yoo Ara juga sangat menyukai V,
jauh sebelum dia mengenal Jin lebih dekat, walau hanya sebagai tokoh idola.
Tapi Yoo Ara benar-benar menyukai V, sejak pertemuan mereka yang pertama
kalinya, saat V menyelamatkan Yoo Ara dari para orang tak dikenal.
Flashback...
Yoo Ara sedari tadi berada di luar sekolah, menunggu
jemputa ibunya. Tapi sudah lama, dia tidak melihat mobilnya. Yoo Ara putuskan
untuk berjalan pelan menjauhi sekolah, siapa tahu dijalan dia bertemu dengan
ibunya.
Tapi tetap saja. Dia sudah berjalan cukup jauh dari
sekolah, tetap tidak ada yang menjemputnya. Sesekali dia berfikiran, mungkin
ibunya sedang sibuk di restoran karena ramai pengunjung. Sesaat kemudian, dia
putuskan untuk menelfon ibunya. Tapi percuma, yang ia dengar hanyalah suara
operator.
“Silakan
tinggalkan pesan setelah bunyi Tuuutt...”.
Yoo Ara telihat putus asa. “Sudah kuduga, pasti dia
sedang sibuk” gumamnya sambil menghela nafas panjang.
Dia kembali memasukkan ponselnya ke saku
serangamnya, dan memilih untuk jalan kaki, mencari halte di sekitar sekolahnya.
Dia terus berjalan, tapi entah kenapa dia malah membelok ke arah yang salah.
Pikirannya memang sedang kacau, ditambah dia memang tidak hafal jalan pulang ke
rumah, karena sudah lama sekali dia di Jepang.
Setelah beberapa saat, Yoo Ara baru menyadari kalau
dia berjalan ke arah yang salah. Wajahnya seketika berubah panik. Saat dia
berbalik, tiba-tiba dua orang laki-laki tak dikenal menghadanganya, yang tentu
saja membuat Yoo Ara terkejut bukan main.
“Hai, agassi..” ucap seorang namja.
“Siapa kalian?” tanya Yoo Ara. Wajahnya kini berubah
tegang. Dia sangat ketakutan, jantungnya berdetak kencang, tubuhnya gemetaran,
dan keringat menyucur deras disana sini.
“Dari pada kau jalan sendiri, lebih baik temani kami
saja” kata yang satunya lagi.
“Aku tidak ada urusan dengan kalian!” bentak Yoo Ara
yang semakin terpojok.
Seorang namja, merangkul pundaknya. “Ayolah, agassi.
Ini akan lebih menyenangkan jika kau ikut bersama kami” katanya.
“Aku tidak mau! Lepaskan!” teriak Yoo Ara. Dia
semakin ketakutan.
Disisi lain, V berjalan di jalan yang sama. Berjalan
agak jauh dari Yoo Ara, langkah V terhenti. Tanpa pikir panjang, dia langsung
berlari menghampiri mereka. Dia menarik bahu salah seorang pria yang merangkul
bahu Yoo Ara.
Buaakk!
V melayangkan tinjunya ke wajah namja itu dengan
keras, hingga jatuh tersungkur di tanah. Temannya terkejut melihat hal itu.
Setelah namja yang jatuh itu bangkit, kedua berandalan itu dengan brutal
melayangkan tinjunya ke arah V, dan V berhasil menangkisnya. Berkali-kali
berandalan itu melayangkan pukulan, berkali-kali pula, V berhasil menangkisnya.
Dua lawan satu, tetap saja V terpojok. Seorang namja berhasil memiting lengan V
dari belakang, dan yang satunya sudah bersiap untuk menghabisi V.
Sekarang, V bersiap mengeluarkan jurus
Taekwondo-nya. Dengan sugap, dia berhasil menendang namja di belakanganya, dan
setelah lepas dia langsung menendang perut namja di depannya sampai jatuh dan
terbatuk-batuk. Dan sekarang, giliran V yang melayangakan tinjunya
berkali-kali, menendang mereka dengan keras. Akhirnya, kedua berandalan itu pun
berlari ketakutan sambil terpincang pincang, memegangi perut mereka yang
berkali-kali terkena tendangan dan pukulan dari V.
Setelah berandalan itu menghilang, V langsung
menghampiri Yoo Ara yang berjongkok ketakutan sambil memegangi kepalanya. V
melihat, gadis itu memakai seragam yang sama dengannya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya V, sambil membantu Yoo
Ara berdiri.
“Disini memang rawan kejahatan” ujar V, seakan sudah
sering lewat jalan ini ratusan kali.
“Kamsahamnida” ucap Yoo Ara. V mengangguk singkat.
“Siapa namamu?” tanya Yoo Ara.
“Maaf, aku tidak bisa menyebutkan namaku” jawabnya.
Yoo Ara menatapnya bingung. “Kenapa? Kita kan satu
sekolah. Apa masalahnya jika aku tahu namamu?” tanya Yoo Ara “Lagipula, aku ini
murid baru. Namaku Yoo Ara” katanya.
Yoo Ara? Seperti
pernah dengar. Tapi siapa?. Batin V, tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu.
Labih baik dia pergi sebelum masalahnya bertambah panjang. Yoo Ara semakin
bingung dengan sikap V. Padahal dia hanya ingin berkenalan dengan siswa
MyungDong juga. Dia akhirnya mengikuti V.
“Kau ini kenapa? Padahal aku kan hanya ingin tahu
namamu” ujar Yoo Ara sambil terus mengikuti V.
Kali ini V jadi kesal karena terus diikuti Yoo Ara.
“Apa kau tidak bisa diam dan berhenti mengikutiku?”
“Aku hanya ingin tahu namamu. Itu saja” jawabnya.
“Aku kan sudah bilang, tidak bisa menyebutkannya”
bantah V sambil terus berjalan.
“Memang kenapa?” tanya Yoo Ara.
Anak ini
benar-benar..,
batin V, kesal. Dia pun menghentikan langkahnya.
“Kau ini cerewet sekali!”
“Aku hanya ingin berkenalan. Memang kenapa jika aku
berteman denganmu?” tanya Yoo Ara yang juga sudah kesal.
V langsung menjawab. “Aku tidak mau punya teman
sepertimu!”
Yoo Ara mendengus kesal. “Kenapa?”
“Karena kau tidak bisa berhenti mengikutiku. Aku
tidak mau dan tidak suka jika terus diikuti oleh arang yang tidak kukenal”
jawab V.
“Nah, maka dari itu aku ingin berkenalan denganmu.
Dan sekarang, aku ingin tahu namamu” sahut Yoo Ara, yang semakin mendesak V.
“Kalau kau tidak juga menyebutkan namamu, aku akan terus mengikutimu” ancamnya.
“Coba saja” jawab V dengan santai, lalu kembali
melangkah. Dia tahu, tempat dimana dia bisa membuat anak ini berhenti
mengikutinya. Dan Yoo Ara pun masih terus mengikuti V. Dia memang sengaja
mengikuti V karena memang dia tidak tahu jalan.
“Ya! Kau ini keras kepala sekali. Aku hanya ingin
tahu namamu!” bentak Yoo Ara yang semakin tidak sabar, dan semakin merasa
bosan. Sedari tadi ia juga hanya mengikuti V yang entah ingin membawanya pergi
kemana.
“Sudah kubilang, aku tidak ingin menyebutkan namaku.
Lebih baik kau berhenti mengikutiku dan pulanglah!” perintah V, sambil terus
melangkah.
“Ya! Berhenti! Ya!” teriak Yoo Ara, tapi V tetap
saja terus melangkah tanpa menghiraukan gadis di belakangnya. Lama kelamaan,
kekesalan Yoo Ara semakin menambah. Dia melepas sebelah sepatunya dan melayangkan
sepatunya.
Bugh!
“Kyaa!” teriak V, kemudian dia berbalik. “Ya! Apa
yang kau lakukan”
Yoo Ara mengambil sepatunya, lalu mendekati V. “Tidak masalah. Aku juga tidak mau punya
teman keras kepala sepertimu!” katanya, dan setelah memakai sebelah sepatunya,
dia berjalan mendahului V.
Baru saja empat langkah ia berjalan, tiba-tiba ia
menghentikan langkahnya, kemudian berbalik. Ada sesuatu yang sedang ia
pikirkan, dan kambali melangkah mendekati V.
Aneh..
sepertinya aku mengenal orang ini. Batin Yoo Ara.
“Ada apa denganmu? Bukannya kau bilang tidak
masalah? Kenapa berbalik?” tanya V.
Tanpa menjawab pertanyaan V, seketika tangan Yoo Ara
bergerak dam dengan cepat meraih topi, kacamata, serta penutup mulut yang
dipakai V. Entah kenapa tiba-tiba dia melakukannya. Dan betapa kagetnya V
melihat yang dilakukan Yoo Ara padanya.
“K..kau..” mata Yoo Ara terbelalak lebar, dia tidak
percaya dengan orang yang ada di depannya.
“Ya! Kau.. V!” teriak Yoo Ara, yang membuat V
tersentak dan langsung membungkam mulut Yoo Ara.
Semua orang dijalan menoleh ke Yoo Ara, dan sekarang
kedua anak itu jadi pusat perhatian. Tidak tahu apa yang harus dilakukan V,
sekarang dia hanya bisa pasrah karena penyamarannya telah terbongkar.
“Haiish... tamatlah riwayatku..” ujar V dengan
wajahnya yang terlihat putus asa.
“Huwaa!! Ya! Dia V!” teriak seseorang, dan
mengejutkan semuanya.
Tidak ada yang bisa Yoo Ara lakukan selain pasrah
melihat idolanya itu dikepung banyak orang. Dia jadi merasa bersalah, dan V
pasti sangat marah padanya sekarang.
Ending
of flashback.
Yoo Ara masih ingat saat-saat menegangkan itu. Saat
dia merasa bersalah, saat dia hanya bisa diam melihat V yang kebingungan. Dan
saat itulah mereka berdua saling mengenal.
“Aku.. Maaf, aku tidak bisa. Aku harus pergi
sekarang” kata Yoo Ara singkat, lalu melepaskan genggaman tanga Jin dan pergi
dari hadapannya.
“Kau lihat sendiri kan?” tanya V. “Siapa yang
diikuti dan siapa yang mengikuti” katanya dengan nada bicaranya yang dingin.
Jin menatap tajam ke arah V, tapi dia sama sekali tidak bersuara.
V kembali bersuara. “Aku yang lebih dulu
mendaptkannya. Berarti kau yang mengikutiku” setelah berkata seperti itu, V
berbalik dan meninggalkan Jin begitu saja.[TBC]