RSS

FF || "24 Days Adventure" || FRIENDSHIP || C2 || JHR

Maaf, ini FF yang sudah diperbarui. Jadi ini yang asli. Maaf baru diposkan sekarang.




Tittle               : 24 Days Adventure
Author            : Jeon Hye Ri
Genre              : Friendship
Leght              : Chapter 1
Cast                :   Jin
                            Namjoo
                            Rap Monster
                            Suga
                            V
                            Jimin
                            All member BTS [Jungkook, J-Hope]

Chapter 2
Berawal dari sebuah persahabatan...... 



--Prolog--

Yoon-gi, Nam Joo, Nam Joon, Jimin, Jin, dan Tae Hyung sudah bersahabat sedari mereka masih kecil sampai sekarang, saat mereka sudah masing-masing masuk ke Universitas.

“Janji ya, kita harus selalu bersama-sama” ucap Nam Joo pada kelima sahabatnya waktu itu.

“Janji!” jawab kelimanya bersamaan. Mereka membuat janji di kantin sekolah, disaat mereka masih 
duduk di bangku SMP.

Tapi yang terjadi sekarang, tiga tahun setelah membuat janji itu, kenyatan berkata lain. Setelah lulus 
SMA, mereka terpisah dengan kuliah masing-masing, dan Universitas masing-masing, dengan jarak 
yang sangat jauh. And here they are....





Min Yoon Gi

Mungkin diantara sahabatnya yang lain, hanya dia yang bisa dikatakan masih saja menetap di tanah 
air tercinta, Korea Selatan. Anak yang satu ini lebih memilih kuliah disini, tepatnya di Seoul National University of Arts. Dari kecil, dia memang sudah mengenal sangat dekat dengan seni. Dalam darahnya mengalir darah seniman, dari kakeknya, yang juga seorang dosen di sekolah itu dulu. Sosok Yoon-gi adalah anak yang manis, sedikit pendek, dengan mata yang begitu sipit, dan bibir tipisnya.

Dia sangat suka dengan basket. Dan memang Yoon Gi-lah yang paling suka berolah raga 
dibandingkan dengan sahabatnya yang lain. Min Yoon Gi yang selalu tampil rapi itu, adalah 
kebanggaan teman-temannya. Dia selalu terlihat tenang, santai, selalu tersenyum, ramah, jujur, dan 
baik hati. Yoon Gi anak yang biasa, simple, tapi juga asik. Jarang bercanda, tapi kalau tertawa, dia itu yang paling keras. Semua jadi asik kalau ada Yoon Gi.



Kim Nam Joo

Nam Joo yang selalu membiarkan rambutnya tergerai itu, adalah sosok yang cantik, pintar, dan lembut. Makhluk yang satu ini bagaikan bidadari yang paling cantik diantara kelima lelaki sahabatnya itu, karena dialah satu-satunya perempuan disana.

Nam joo kuliah di fakultas kedokteran, tepatnya di Australia. Keinginannya menjadi dokter, muncul saat masih SMP. Ketika dia melihat saudaranya yang menjadi seorang dokter, dengan penampilan yang sangat rapi dan berwibawa, yang memakai jas khas dokter berwarna putih, dan dengan stetoskop yang selalu tergantung di lehernya. Dengan kata lain, Nom joo sangat menyukai sesuatu yang rapi dan berwibawa, seperti dokter. Barang favorit Nam joo adalah buku, laptop, ponsel, atau apapun barang yang bisa menampilkan informasi yang bemanfaat dan juga yang menguntungkan Nam Joo. Nam Joo benar-benar orang yang sangat memperhatikan penampilannya. Dia selalu ingin tampil sempurna, tapi apa adanya, di hadapan orang-orang.


Kim Nam Joon

Anak ini sering disebut kembaran nama dengan Nam Joo, atau sebaliknya. Dia inilah sang leader dari keenam kelompok ini. Kelima sahabat memilih Nam Joon karena, menurut mereka Nam Joon lah yang paling pantas dan cocok untuk dijadikan ‘the leader’. Selain yang paling tinggi, dia adalah seseorang yang paling bisa bertanggung jawab, dan setiap Nam Joon mengambil keputusan, adalah keputusan yang paling bijak, dan pasti selalu dituruti oleh yang lainnya. Nam Joon dan Yoon Gi yang paling bisa menegur teman-teman lain jika salah. 

Nam Joon adalah penggemar berat sepak bola. Semua hal tentang bola, dia pasti tahu, dan akan menghabiskan banyak waktunya untuk sepak bola. 
Terkadang, jika dia sudah serius dengan bola, Nam Joon akan jadi orang yang tidak peduli dengan 
siapapun kecuali dengan bola.

Untuk saat ini, Nam Joon sekolah di jurusan seni dan budaya, sama seperti Yoon Gi. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam School of the Arts, di belanda. Impiannya sejak dulu, bisa pergi bersekolah ke negara Belanda, dam mendapatkan istri asli dari Belanda.


Park Jimin
Digerombolannya, jimin adalah laki-laki yng tubuhnya paling kecil, dan pendek. Biarpun lebih sering dan teraturnya Yoon Gi berolah raga, masih saja kalah dengan postur tubuh Jimin. Jimin memang dilahirkan untuk memiliki bentuk tubuh yang bagus. Ketika jimin yang sudah memakai kaos yang tanpa lengan, akan membuat siapapun wanita yang meliriknya akan susah berkedip, mencoba untuk melihatnya lebih**sensor. Selain bentuk tubuhnya yang bagus, Jimin juga memiliki otak yang cerdas. 
Di kampus, Jimin selalu memakai kacamata lebar, dengan model rambut pada umumnya, kaos pendek, celana jeans panjang. Kadang dia memakai jaket, dan dengan tas ransel yang selalu menempel di punggungnya. Mahasiswa fakultas hukum ini, lebih sering dipanggil Jimy di kmpus. 

Jimin menjadi seorang mahasiswa fakultas hukum, di salah satu Universitas ternama di Amerika Serikat. Pertama kali Jimin memilih hukum, dia sangat ragu, karena Jimin sama sekali tidak mengerti apapun tentang hukum. Tapi waktu berjalan dengan begitu mudahnya. Sekarang ini, hukum adalah kebanggaan Jimin. Dialah yang paling bisa berceramah di antara sahabatnya yang lain.


Kim Tae Hyung
Inilah sosok pria di geombolan itu yang paling muda, paling imut, paling narsis, dan paling aneh. Kin Tae Hyung yang satu ini adalah pria yang selalu dikejar-kejar wanita di sekitarnya. Tae Hyung dengan senyuman manis, dengan wajh yang imut, tapi kelakuannya yang tidak karuan. Dia berteman dengan hampir semua kalangan masyarakat. Dia selalu disebut-sebut oleh sahabatnya idoit dan alien. 
Karena kelakuannya, dan karena dia selalu saja muncul dimana-mana, dengan ekspresi yang tidak seorangpun dapat menduganya.

Tae Hyung yang paling pintar menggambar, tidaklah sekolah di jurusan seni dan budaya, seperti halnya Yoon Gi dan Nam Joon. Dia lebih memilih sekolah di luar negeri dengan jurusan Arsitektur, tepatnya di ibukota negara Perancis, Paris. Keinginannya mendapatkan gelar Insinyur, membuatnya sangat percaya diri dengan apa yang dia jalani sekarang ini.


Kim Seok Jin
Jin ini bukanlah jin yang selalu berkeliaran dan selalu membisikkan hal buruk ke telinga manusia. Dia adalah Kim Seok Jin, mahasiswa jurusan Geologi di sebuah Universitas besar di China. Dialah sosok yang paling bijak, paling tampan, paling pintar, juga paling dewasa. Dia adalah orang yang paling di atas paling yang lain. Sama seperti Nam Joo, Jin juga menyukai sesuatu yang rapi dan berwibawa. Tidak salah juga kalau penampilannya selalu rapi. Tapi Jin bukanlah seorang fashionista seperti halnya Jimin dan Tae Hyung. Jin cenderung sederhana dan seadanya tapi selalu berpenampilan rapi.

Dibandingkan Nam Joon, teman-temannya lebih menurut dengan kata-kata Jin. Tapi semua yang Jin katakan tidak lepas dari aturan sang Leader. Jin selalu bisa diandalkan. Bisa dibilang, kalau dia lebih mementingkan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri. Dan belum ada yang tahu, kalau sebenarnya, Jin sangatlah menyukai Nam Joo, dari dulu sampai sekarang. Jin selalu bisa menyembunyikan perasaannya, dan menjaga perasaannya untuk Nam Joo. Bahkan, Nam Joo sampai tidak sadar kalau sebenarnya ada yang menyukainya diam diam. Nam Joo juga cenderung terlalu tidak menghiraukan hal itu, kalau pasti ada orang yang menyukainya.


....Petualangan Pertama....

Korea, 18 Juli 2011...
Malam ini adalah malam terakhir gerombolan itu berkumpul bersama, karena tiga di antaranya akan segera berangkat ke luar negeri hari besok juga. Dan Nam Joo, bidadari tercantik mereka, kini sedang menangis di pelukan sahabatnya, Nam Joon.

“Sudahlah, jangan menangis seperti ini” ucap Nam Joon, sambil menenangkan Nam Joo. “Aku hanya pergi untuk belajar”.

“Tapi...itu...sangat...jauh...” ucap Nam Joo, sambil menangis tersedu-sedu.

“jarak bukanlah sesuatu yang mengerikan..” sambung Jin. Nam Joo menoleh ke arahnya.

“Apa, kita bisa bertemu lagi?” tanya Nam Joo.

“Nam Joo, memang siapa yang akan mencegah kita untuk bertemu lagi?” Tae Hyung kembali 
bertanya sambil meyakinkan Nam Joo.

“Kalaupun ada, aku akan menghajarnya!” imbuh Jimin sambil mengepalkan tangan kanannya di 
depan Nam Joo. Walaupun yang lain tidak menangis, tapi hati mereka tetap menangis. Kelima lelaki 
itu hanya tidak ingin membuat Nam Joo semakin sedih. Nam Joo pun berhenti menangis dan menatap 
wajah sahabatnya satu per satu. Tatapan matanya berhenti ketika melihat Yoon Gi yang masih saja 
bisa tersenyum di saat-saat seperti ini.

“Yoon Gi” panggil Nam Joo, dengan suara lembutnya.

“Ya?” saut Yoon Gi.

“Kenapa kau selalu saja bisa tersenyun di saat-saat seperti ini?”. Tanya Nam Joo heran.

“karena, aku yakin dengan kekuatan persahabatan kita” jawabnya dengan tenang, dan dengan 
senyuman manis di bibirnya. “Meskipun nantinya aku juga akan ditinggal sendiri disini” sambungnya lagi dengan tetap tersenyum.

Semua terdiam, menatap Yoon Gi dalam-dalam. Malam ini begitu sunyi. Angin malam yang dingin dengan sedikit membawa udara musim panas, masuk lewat jendela kamar Yoon Gi yang dibiarkan terbuka lebar, seakan menampar wajah para anak manusia itu. Hati Nam Joo terasa tertusuk tusuk jika harus berpisah dengan sahabatnya. Dibalik pintu yang dibuka lebar itu, ternyata diam diam ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka, sampai ikut meneteskan air matanya. Dia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh kakak kakaknya. Adik Yoon Gi yang satu ini memang sudah mengenal sangat dekat dengan sahabat kakaknya

“Ji Young, kau disana? Kemarilah” panggil Yoon Gi. Tanpa pikir panjang, Ji Young langsung berjalan memasuki kamar Yoon Gi, lalu duduk di antara Yoon Gi dan Jin.

“Kau menangis?” tanya Yoon Gi.

“Bagaimana bisa aku tidak ikut menangis merasakan kesedihan kakak kakakku?” jawab Ji Young. 

“Besok pagi, Nam Joon oppa, Jimin oppa, dan Tae Hyung oppa akan pergi. Lalu, lusa disusul Jin oppa dan Nam Joo Oenni, yang kemudi juga akan pergi. Tinggal aku dan Yoon Gi oppa disini” katanya. Nam Joo, seakan mengerti perasaan Ji Young, merntangkan tangannya dan memeluk Ji Young, lalu kembali menangis.

“mungkin, ini cara yang tepat, agar kita lebih mengenal dunia luar. Tidak hanya di tempat ini. Dan jika nanti kita kembali...”

Belum selesai Jin bicara, Nam Joo langsung menyelanya. “Tapi aku tidak ingin kehilangan kalian semua” sambil melepas pelukannya pada Ji Young.

“Nam Joo, itu tidak akan terjadi” saut Nam Joon.

“Kita kan sahabat” potong Tae Hyung.

“Dan akan jadi sahabat untuk selamanya!” sambung Jimin dengan segera.

“bukan kehilangan, Nam Joo..” Jin menatap dalam-dalam wanita itu, dan hatinya pun berkata, Aku juga pasti akan merasa sangat sangat merindukanmu, Nam Joo...

“Kita belajar di dunia masing masing. Bermimpi tentang dunia kita sendiri, dan tentang masa depan kita. Saat kembali lagi ke sini, berkumpul bersama, pasti akan lain. Berbeda cerita, dan mungkin akan terjadi banyak perubahan” jelas Jin pada Nam Joo dan yang lain.
Jimin menambahkan. “Mungkin Nam Joo akan jadi tambah cantik, Ji Young juga. Tae Hyung akan jadi manusia yang lebih berguna, Yoon Gi akan tambah tinggi...” kata Jimin yang sama sekali tidak menyadari kalau dia juga pendek seperti Yoon Gi.

“Ya.. aku sedikit setuju dengan perkataanmu. Mungkin aku akan jadi manusia yang lebih berguna untuk orang lain” ucap Tae Hyung agak kesal.

“tapi janji ya. Harus tetap menghubungi. Jangan sampai putus hubungan” kata Nam Joo.

“Itu pasti!” saut Jin.

“Tapi.. kumohon, kalian jangan lupa pulang menemuiku, setiap ada liburan musim panas, atau setahun sekali. Kumohon, aku pasti akn sangat kesepian tanpa ada kalian disampingku, sahabatku ...”
Semua tersenyum memandang Yoon Gi. Beberapa detik kemudian, semua memeluk Yoon Gi, bersamaan. Dan, malam yang dingin itu, terasa sangat hangat ketika mereka saling berpelukan.

*****


Korea, 26 Juni 2014...
Hati Min Yoon Gi sangatlah gembira malam itu. Acara pertunjukannya berjalan dengan sangat lancar, dan dirinya mendapat penghargaan atas pertunjukkan keseniannya. Juga satu hal yang telah ditunggu-tunggu. Libur musim panas akan segera tiba.

Krriiiing!

Jam weker Yoon Gi berbunyi nyaring, memecah suasana sunyi di dalam kamarnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia meraba sebuah meja kecil di sebelah kanan tempat tidurnya, lalu menghentikan suara jam wekernya. Suasana menjadi sunyi kembali. Dengan gerakan yang masih terlihat lemas, tangannya bergerak menggosok-gosok matanya. Mulut dengan bibir tipis itu menguap lebar. Terlihat, Yoon Gi sedang merentangkan kedua tangannya dan menggeliat. Dia mulai membuka matanya dan menyingkirkan selimut yang menutupi setengah badannya.

Yoon Gi terduduk sejenak di pinggiran ranjang, kemudian memakai alas kakinya dan mulai melangkah. Langkahnya tertuju pada sebuah tirai warna kecoklatan. Tangannya meraih tirai itu dan membukanya dengan gerakan yang cepat. Cahaya matahari masuk dan mulai menerangi kamarnya. Jendela kamar terbuka lebar, kembali dirinya rasakan hangatnya mentari pagi di awal musim panas ini. Dari hidungnya, menarik napas dalam-dalam, merasakan udara yang begitu hangat menyelimutinya.

“Fiuh...” ia hembuskan perlahan. Senyuman manis, terukir di bibir Yoon Gi, yang setelah itu dia langsung membuka pintu kamarnya dan bergegas menuruni tangga.

“Pagi, Oppa” sambut Ji Young, adiknya. “Kau pasti baru bangun”

“Haha.. Iya” jawabnya. “Tumben kau pakai pakaian seperti itu. Kau mau pergi joging?” tanya Yoon 
Gi, heran, melihat adiknya yang sudah rapi pagi-pagi seperti ini, dengan kaos, celana panjang, dan dengan rambutnya yang terkuncir rapi.

“Iya, aku sedang menunggumu. Ayo kita joging bersama. Sudah lama aku tidak joging bersama kakaku. Sekarang kan liburan musim panas” kata Ji Young.

“Oh, baiklah, aku siap-siap dulu” sahut Yoon Gi.

“Ok”


***


Yoon Gi dan Ji Young, sedang joging di daerah sekitar kompleks perumahannya. Terlihat, rumah sahabatnya, Kim Seok Jin. Yang dulu, biasanya selalu berdiri di depan gerbang menunggu Yoon Gi untuk joging bersama, kemudian bermain basket bersama di lapangan dekat SMP mereka dulu. Yoon Gi berhenti di depan rumah Jin, dan berharap, Jin kembali menunggunya di depan gerbang itu.

“Ahjumma!” panggil Yoon Gi pada Ibu Jin yang sedang menyirami tanaman di halaman rumahnya. 
Orang yang dipanggil bibi itu, pun menoleh, lalu melmbaikan tangannya, menyuruh Yoon Gi dan Ji 
Young untuk mampir.

“Ayo masuk. Kita sarapan bersama” ajak Nyonya Kang.

“Tidak, terima kasih Ahjumma. Kami mau melanjutkan lari pagi dulu” jawab Yoon Gi.

“Yasudah, hati-hati di jalan, ya”

Yoon Gi dan Ji Young pun melanjutkan joging mereka, menyusuri jalan, dan melewati setiap rumah 
sahabatnya satu per satu, menyapa kerabatnya yang terlihat sedang melakukan rutinitas pagi. Dan 
sapaan yang berulang kali dirinya dan Ji Young dengar, “Ayo masuk. Kita sarapan bersama”. Yoon 
Gi hanya tersenyum dan menjawab, “Tidak, terima kasih” lalu melanjutkan lari paginya bersama Ji 
Young, adiknya.



***


Yoon Gi dan Ji Young, terduduk bersamdar di sebuah bangku dekat lapangan basket, sambil memandang beberapa orang yang sedang lari pagi, juga beberapa anak yang sedang asik bermain basket.

“Oppa, apa liburan kali ini, temanmu akan pulang?” tanya Ji Young.

“Entahlah. Mereka mungkin terlalu sibuk dengan kuliah. Aku tidak mau mengganggu dulu” jawab 
Yoon Gi, dengan tenang. Dia menatap wajah adiknya yang terlihat kecewa dengan jawabannya.

“Ada apa denganmu, Ji Young?” tanya Yoon Gi.

“Oppa, apakah temanmu yang satu itu akan pulang? Aku sungguh merindukannya” jawab Ji Young 
tanpa menoleh ke kakaknya. Yoon Gi tersenyum mendengar ucapan adiknya. Dia tahu siapa yang 
dimaksud oleh Ji Young. Dia sudah tahu kalau adiknya menyukai dua orang sahabatnya.

“Kau merindukannya?”

“Ya, begitulah..” jawab Ji Young.

“Merindukan yang mana? Jimin, atau Jin..?” goda Yoon Gi, lalu tertawa.

“Oppa! Kau jangan menyebut namanya. Aku jadi semakin rindu” kata Ji Young sambil tersenyum 
senyum.

Yoon Gi kembali terdiam, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya membuka suara.

“Baiklah. Apapun yang terjadi, tahun ini, mereka harus pulang. Tidak ada alasan. Aku harus 
memaksa mereka!” ucap Yoon Gi.

Dia segera mengambil ponsel di saku celananya, lalu segera mengirimkan pesan e-mail ke teman-
temannya.



Kepada : Kim Tae Hyung, Park JiminJimy, Kim Nam Joon, Kin Seok Jin, Kim Nam Joo
Korea, 26 Juni, 2014.
Annyeong! Min Yoon Gi disini, sangat sangat sangat sangat merindukan kalian, sahabatku yang paling kusayangi. Kalian masih ingat janji kalian tiga tahun yang lalu di kamarku? Bukankah kalian akan pulang setahun sekali? Kalian bohong padaku. Sudah tiga tahun tapi kalian belum juga pulang. Aku sungguh kesepian.
Tahun ini, di musim panas ini, aku tidak mau tahu. Pokoknya kalian harus pulang ke Korea, menemuiku dan Ji Young disini. Juga, keluarga kalian yang sudah pasti sangat merindukan kalian juga. Kita berkumpul lagi. Dan, ceritakan selama kalian kuliah di luar negeri padaku. Aku ingin mengetahui keadaan kalian selama tinggal di sana.
Dan, aku ingin tahu. Bidadari kita, Nam Joo, apakah tambah cantik. Juga Tae Hyung, sudah jadi manusia yang berguna, atau masih seperti Tae Hyung yang dulu. Tae Hyung Alien. Jimin, apakah kau jadi tambah tinggi? Masih ingat saat kau bilang seperti itu padaku?
Nam Joon, apakah kau sudah pacaran dengan orang Belanda? Bagaimana dengan kuliahmu? Kau tahu, semalam acara pertunjukanku berjalan sangat lancar, dan aku mendapat penghargaan.
Dan, Jin. Bagaimana dengan penelitianmu tentang bumi dan alam? Aku ingin kembali mendengarmu bercerita tentang alam seperti dulu.
Aku rindu suara kalian. Bahkan orang tua kalian sangat ingin melihat dan mendengar kita membuat keramaian dirumah.
Untuk Nam Joo, biarpun kau di belahan bumi selatan, aku tidak mau tahu. Lakukan apapun caranya agar kau bisa pulang.
Kutunggu di liburan musim panas ini. Jangan sampai membuatku lama menunggu!!
Yoon Gi yang sangat rimdu kalian, sahabatku.

Sending...



Australia, 26 Juni 2014.
Namjoo. Saat itu sedang bersiap-siap berangkat kuliah, denga baju hangatnya sedang duduk di bangku, sambil menyantap roti dan susu yang sudah hampir habis. Dan setelah itu, dia melangkah menuju pintu untuk segera berangkat kuliah. Dia menarik gagang pintu sambil mengecek ponselnya. Siapa tahu ada pesan masuk.

Sambil mengotak-atik ponselnya, dia berjalan menuju mobilnya. Sepertinya seharian ini salju tidak akan turun. Langit tampak begitu cerah.

Padahal semalam hujan salju sangat lebat. Aku berharap hari ini turun salju. Tapi sepertinya tidak 
akan.

Begitu masuk mobil, dan menutup pintu, Namjoo merasa sangat senang. Dia mendapat pesan e-mail 
dari Yoon Gi. Namjoo membaca sambil tersenyum-senyum sendiri.

“Aku pasti pulang. Apapun akan kulakukan. Aku janji tahun ini akan pulang, untuk kalian...” kata 
Namjoo. Dia dengan segera menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan rumah, menuju 
kampusnya yang terletak di pusat kota. Tepatnya di New Zeland.



***

Perancis, 25 Juni 2014.
Kim Tae Hyung. Masih terduduk di meja belajarnya. Menyelesaikan kerangka dan desain, sebagai 
tugasnya selama liburan musim panas ini. Tidak sulit baginya menyelesaikan tugas ini. Dan nyatanya, tidak ada seminggu. Cukup tiga hari, dia mampu menyelesaikannya. Sekarang yang ia kerjakan hanya tinggal melengkapinya agar tampak sempurna.

“Sedikit lagi” gumamnya pelan. Sesekali matanya melirik ke jam ditangannya atau jam yang 
menempel di tembok kamarnya yang bernuansa biru cerah, dan banyak menggantung bingkai-bingkai foto sahabatnya ataupun kerangka buatannya.

Waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam. Tetapi mata Tae Hyung sama sekali tidak 
menampakkan rasa kantuknya. Memang akhir-akhir ini, semenjak musim panas datang, dia jadi agak 
susah tidur. Terkadang, dia sampai harus mengkonsumsi obat tidur. Padahal, biasanya Tae Hyung orang yang sangat mudah tertidur. Sesekali, dia mencoba untuk berusaha tidur dengan membaca buku ensiklopedia setebal lima sentimeter. Tapi suara keramaian jalan di depan apartemennya kembali membuatnya sulit tertidur.

Kim Tae Hyung mengakhiri bacaannya, lalu melangkah menuju jendela kamarnya. Terlihat 
keramaian jalan raya, dari lantai tujuh, apartemennya. Juga dari jauh, terlihat menara Eiffle berdiri 
tegak, juga jutaan bintang bertaburan di langit, dengan cahaya terang bulan, malam ini terlihat jelas 
dari kamar apartemen Tae Hyung.

Tangannya bergerak menuju saku celananya, mengambil sebuah ponsel. Terlihat, dia sedang 
mengotak-atik ponsel itu.seketika, matanya berbinar, dan mulutnya tertawa kecil membaca sebuah 
pesan e-mail masuk, yang ternyata dari Yoon Gi. Dia semakin tidak bisa tidur, memikirkannya.



***


Belanda, 25 Juni 2014.
Pukul satu malam. Di dalam sebuah apartemen mewah, tergeletak lemas, seorang anak manusia yang bernama Kim Nam Joon di ranjangnya yang empuk. Di sebelah kana tempat tidurnya, ada sebuah meja kecil, yang di atasnya terdapat sebuah foto yang diambil tiga tahun lalu bersama dengan sahabat-sahabatnya, dikorea. Juga ada sebuah jam weker, yang telah dia atur, tepat pukul setengah dua pagi.

Apalagi tujuannya kalau bukan untuk menonton acara kesukaannya. Sepak bola. Anak ini tidak 
mungkin bangun sepagi itu untuk melakukan rutinitas pagi. Pasti tujuan utamanya adalah sepak bola. 
Suara dengkurannya mulai terdengar lirih. Padahal dia baru saja pulang jam sebelas malam tadi. Ada 
sebuah pameran seni di dekat kampusnya, dan dia mengikuti acara tersebut. Dengan keadaan yang 
masih lelah seperti ini, Nam Joon masih saja memaksakan diri untuk menonton sepak bola.

Setengah jam pun berlalu...

Krrriiiing!

Wekernya berbunyi sangat nyaring, mengalahkan suara dengkuran Nam Joon. Dengan gerakan yang 
sangat lemas dan tidak berdaya, tangannya bergerak berusaha menghentikan suara jam wekernya. 
Setelah berhenti mengeluarkan suara, Nam Joon malah tertidur kembali. Suasana pun menjadi sunyi 
kembali. Dan tiba-tiba, sosok Yoon Gi muncul di kepala Nam Joon.

“Dasar anak pemalas! Dasar anak pemalas! Anak pemalas... Anak pemalas... Pemalas... Malas... 
Malas... Las... Las... Las...” suara Yoon Gi terdengar seperti menggema di telinga Nam Joon, dan 
perlahan menghilang. Nafas Nam Joon terasa sesak, kemudian mata nya terbuka lebar.

“Yoon Gi” gumamnya. “Aku seperti mendengar suaranya”

Tangannya segera meraih ponselnya yang terletak di meja, dengan ceoat, lalu mengota-atik ponsel 
itu. Nam Joon tertawa membaca e-mail dari Yoon Gi.

“Haha.. ternyata kau membengunkanku untuk menyuruhku membaca pesanmu” ucapnya.

Nam Joon menggelengkan kepalanya. “Yoon Gi, kau ada ada saja”

Seketika, Nam Joon langsung tersentak. Dia teringat pada sesuatu.

“Huwa! Sepak bolanya! Untung Yoon Gi membangunkanku”



***


Amerika Serikat, 26 Juni 2014.
Park Jimin, baru saja pulang kuliah, sore ini. Sebenarnya, libur musimpanas telah dimulai dua hari yang lalu. Tapi dia mendapat tugas skripsi dari dosen pembimbingnya, selama liburan berlangsung. 
Sama seperti Tae Hyung, Jimin juga malas kalau harus mengerjakan tugas disaat musim liburan 
seperti ini. Jadi, lebih baik menyelesaikannya lebih awal supaya tidak membebani pikiran. Saatnya 
liburan, ya harus liburan. Kita harus menikmati masa liburan dengan santai, usahakan jangan ada 
yang membebani pikiran terlebih dahulu. Itulah waktu yang tepat untuk istirahat bagi para pelajar. 
Kurang lebih, seperti itulah prinsip kedua makhluk ciptaan Tuhan, Jimin dan sahabatnya, Tae Hyung.

Jimin membuka pintu rumahnya dan segera memasukinya. Raut muka Jimin terlihat begitu puas, 
setelah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dia hanya tinggal bersantai saja sambil menikmati 
suasana liburan musim panas ini. Tapi tetap saja, wajahnya masih bisa menampakkan rasa lelahnya, 
karena seharian ini pekerjaannya menumpuk.

Setelah menaruh barang-barangnya, langkahnya tertuju ke kamar mandi. Dia bermaksud untuk 
membasuh mukanya. Setelah itu, Jimin mengambil handuknya, lalu bergegas untuk mandi.

**

Jimin kali ini sudah rapi dengan mengenakan kaos pendek warna hijau tua, serta celana pendek 
selutut. Jimin menata rambutnya yang hitam legam di depan cermin. Entah kenapa perasaanya tidak 
seperti biasanya, ketika memandang foto sahabatnya.

“Kenapa seharian ini, tidak ada yang mengirimku pesan?” gumam Jimin, setelah meraih fotonya 
bersama sahabatnya. “Apa karena aku yang terlalu sibuk, sampai tidak sempat membuka e-mail?”

Tangannya langsung meraih ponselnya. Wajahnya seketika terlihat berbinar ketika membaca pesan 
dari Yoon Gi. Jimin membacanya berulang-ulang sambil tersenyum-senyum.



***


China, 26 Juni 2014.
Pagi ini, Jin sedang ada di perpustakaan, di kampusnya. Sedari jam sembilan pagi tadi, dia sudah ada di dalam sana. Tidak ada bosan-bosannya, dia membolak-balikkan buku setebal setengah sentimeter yang dicetak berwarna, yang berjudul “Everest”. Menurutnya, buku ini sangatlah menarik. Jin tidak pernah bosan membacanya berkali-kali.

“Jin, apa kau tidak bosan membaca buku itu terus?” tanya seorang teman Jin yang bernama Gil Dong.

“Kan sudah kubilang, buku ini menarik” jawabnya.

“Yang aku herankan, kenapa kau masih saja membacanya, padahal beru tahun kemarin kau mendaki 
Everest” kata Gil Dong lagi. Dia meneruskannya. “Menurutku, kau sudah cukup tahu, dan tidak perlu membacanya lagi”


Next Chapter >

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Waaaa! Lanjut pliss >_< udah jatuh cibta sama ff ini thor. Jadi harus tanggung jawab bikin lanjutannya cepet cepet

Anonim mengatakan...

Asik banget jadi Namjoo unnie punya sahabat ganteng semua -_- Namjoo unnie, ayo tukar posisi :v Gak mau tau pokoknya ff ini harus dibuat sampai tamat, gak boleh putus ditengah jalan, ya ! Jarang jarang bisa baja ff Namjoo - BTS

Anonim mengatakan...

Lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut,lanjut!

Posting Komentar